SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sekaten Jogja dibuka dnegan tarian pelambang kondisi dan doa kemakmuran.

Harianjogja.com, JOGJA– Sejumlah gadis dan pria muda mengenakan baju dengan dominasi hijau sedang menunggu giliran tampil di sudut panggung pembukaan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS). Sore itu cuaca bersahabat, meski tidak cerah namun tak tampak mendung menggelayut jelang pembukaan pasar malam paling ditunggu di Jogja ini.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Muda-mudi berbaju hijau dengan tampah dan payung di tangan asal SMK 1 Kasihan, Bantul itu sedang menunggu saatnya mereka pentas di hadapan walikota Jogja, jajaran SKPD pemerintahan dan warga Jogja. Tampah Sego Gurih, demikian nama tarian yang mereka tampilkan sore itu. Penari wanita mengenakan baju berwarna merah dan hijau berkain jarik putih dengan tatanan rambut yang disanggul dan berhiaskan daun pisang di kepalanya. Sedangkan penari pria berpakaian hijau dengan celana merah dan kain jarik coklat sambil membawa payung.

Tarian berdurasi 8 menit ini memang khusus dirancang untuk pembukaan PMPS 2015.

“Ini memang khusus permintaan dari pemkot sesuai dengan tema yang diangkat tahun ini yakni sego gurih,” ujar Agus Sukina pada Harian Jogja di alun-alun utara (altar) pada Jumat (4/12). Agus adalah guru seni tari SMK 1,Kasihan, Bantul yang juga kreator dari tarian itu.

Tarian ini sukses menarik perhatian para pengunjung PMPS, bahkan salah satu warga asing tampak sibuk memotret tarian ini. Agus sendiri menyatakan bahwa tidak ada gerakan yang berulang dalam tarian yang didasarkan pada tradisi Jogja ini. Selama penampilan, para gadis penari tak henti menebar senyum sambil terus menggerakkan badannya dengan luwes. Para pria juga tak kalah mempesona dengan aksesoris yang melekat di badan mereka serta raut wajah yang menunjukkan kegagahan mereka.

SMK 1, Kasihan, Bantul sendiri sudah rutin mengisi tarian untuk pembukaan PMPS sejak 2010 silam. Maka dari itu ketika permintaan dari pemerintah Kota Jogja datang maka mereka segera bersiap.

“Kami latihan dua hari sekali selama 10 hari sepulang sekolah, latihannya 2-3 jam “ujar Rinta Julia, siswi kelas 2 yang merupakan salah satu penari sore itu.

Permintaan untuk mengisi pembukaan ini sendiri datang sebulan sebelum jadwal pementasan. Butuh waktu 2 minggu untuk mempersiapkan tarian yang mengandung filosofi Jogja dan sesuai dengan kondisi sosial yang ada di masa kini. Maka dipilih lah 30 siswa, 8 orang dari tiap kelas untuk menarikan tarian yang berisi pujian atas kesejahteraan dan kemakmuran ini.

Payung yang dibawa oleh para penari menyimbolkan situasi masyarakat yang sedang menyongsong kedatangan Sekaten. Sedangkan tampah sebagai perlambang kemakmuran dan kejayaan yang dibawa dengan sego gurih yang biasanya ditaruh di atas tampah tersebut.

“Harapannya ini perlambang kesejahteraan baik sandang, pangan, dan papan,” ujar Agus. Ia menuturkan jika dalam proses kreasi tarian ini ia memasukkan pertimbangan unsur seni, budaya, sejarah, dan agama.

Sebelumnya, Mugi Suyatno, Kepala Penatalaksanaan Protokol Pemerintah Kota Jogja menyatakan jika pemilihan tarian ini berdasarkan perubahan kondisi yang saat ini terjadi di altar.

“Ini berangkat dari para pedagang sego gurih di sekitar altar yang sekarang sudah diatur agar lebih tertata,” ujar Mugi. Selain itu, sego gurih sendiri merupakan salah satu kuliner khas Sekaten. Sebelumnya, panitia PMPS memilih telor merah sebagai tema khas pada tahun 2012 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya