Jogja
Rabu, 14 Juni 2017 - 12:55 WIB

SEKOLAH 5 HARI : Proses Pembelajaran Tidak Harus Tatap Muka di Kelas

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa SD ujian (Dok/JIBI/Solopos)

Sekolah 5 hari direalisasikan tahun ini

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY akan memberlakukan lima hari belajar bagi seluruh sekolah di DIY per tahun ajaran baru 2017/2018. Proses pembelajaran yang akan berlangsung hingga sore hari, diharapkan tidak selalu menggunakan metode tatap muka.

Advertisement

Baca Juga : SEKOLAH 5 HARI : Tahun Ajaran Baru, Seluruh Sekolah di DIY Mulai Menerapkan

Kepala Disdikpora DIY Baskara Aji  menyampaikan sosialisasi sudah dilaksanakan ke sekolah-sekolah. Pihaknya sudah meminta sekolah untuk segera melakukan perubahan terhadap rencana kerja sekolah, terutama program pembelajaran yang dipastikan berubah. Adapun jam pembelajaran efektif adalah dari pukul 07.00 WIB sampai 15.30 WIB.

Namun ia menegaskan, proses pembelajaran yang memakan waktu hingga sore itu tidak harus semuanya tatap muka di dalam kelas. Sekolah atau guru harus pandai melakukan modifikasi pembelajaran di luar kelas, maupun diisi dengan aktivitas positif lainnya. Mengurangi tata muka ini, sebagai salahsatu langkah agar siswa tidak bosan dengan bertambahnya jam pelajaran.

Advertisement

Baskara Aji meyakini kebijakan ini dapat berjalan dengan baik. Karena di DIY sudah banyak sekolah dengan sistem fullday school. Terkait dengan kondisi guru juga dinilai memiliki kemampuan yang memadai.

“Saya kira kalau guru sudah biasa mengajar sampai sore karena mereka sekolah kita sebagian besar sudah sampai sore. Justru yang bisa dilakukan adalah yang biasanya diajarkan di hari sabtu itu akan diajarkan dimajukan,” ujar dia, Selasa (14/6/2017).

Sedangkan untuk teknis pengelolaan sepenuhnya diserahkan ke sekolah. Ia mengaku sekolah memang harus siap, salahsatu terkait makan siang yang nanti akan jadi kebijakan asing bagi sekolah yang baru menerapkan. Sehingga perlu pembahasan di internal sekolah dengan melibatkan komite sekolah.  Entah, siswa diminta membawa bekal atau sekolah mengadakan makan siang melalui kesepakatan dengan orangtua murid.

Advertisement

“Tentang pembiayaannya, karena makan siang kan biayaynya mahal. Toh anak itu baik di rumah dan sekolah kan sama-sama makan siang, hanya memindahkan saja. Apakah belanja makan siangnya dikelola komite di sekolah atau makan siangnya membawa dari rumah,” ucapnya.

Menurutnya, hal lain yang harus di pikirkan adalah keberadaan lembaga non formal yang selama ini mendapatkan siswa dari sekolah formal. Dengan durasi lama di sekolah, memungkinkan siswa menjadi kehilangan waktu untuk menambah belajar di pendidikan non formal. “Termasuk madrasah diniyah dan les-lesan itu mungkin ada dampaknya,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif