Jogja
Rabu, 20 Januari 2016 - 09:40 WIB

SEKOLAH PENERBANG : 18 Siswa Jalani 219 Jam Terbang Malam

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Calon penerbang angkut itu harus menyelesaikan 219 jam terbang malam hari sebagai salah satu tahapan pendidikan untuk menjadi penerbang.

 

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN – Sebanyak 18 siswa Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI AU Angkatan 89 mulai menjalani latihan terbang malam sejak Senin (18/1/2016). Calon penerbang angkut itu harus menyelesaikan 219 jam terbang malam hari sebagai salah satu tahapan pendidikan untuk menjadi penerbang.

Komandan Skuadron Pendidikan (Skadik) 102 Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto Letkol Pnb Sri Raharjo menjelaskan, pelaksanaan terbang malam berlangsung sekitar dua pekan sejak Senin (18/1/2016) hingga Selasa (22/2/2016). Para penerbang menggunakan pesawat Grob G120 TP-A akan melewati rute area militer di atas langit Jogja pada malam hari secara bergantian.

“Latihan terbang malam ini khusus penerbang angkut diikuti 18 siswa digelar selama 18 hari,” terangnya dalam rilis kepada Harian Jogja, Selasa (19/1/2016).

Advertisement

Perwira penerbang bersandi burung Martin ini menambahkan, dalam latihan itu total akan melaksanakan 219 jam terbang yang terbagi dalam 199 sorti. Menurutnya, terbang malam memiliki tingkat kesulitan berbeda dengan siang.

Mengingat resiko lebih tinggi, sehingga saat take off dan landing harus safety, selain itu pemanfaatan visual hanya sekitar 40%. Dalam pelaksanaannya, familirisasi cahaya menggunakan warna merah guna melatih kepekaan sisa. “Ini merupakan salahsatu tahapan pendidikan yang wajib ditempuh. Apabila gagal maka proses pendidikan selanjutnya bisa terganggu,” kata pria yang juga anggota The Jupiter ini.

Terbang malam, lanjutnya, untuk meningkatkan profesionalisme calon penerbang. Selain kesiapan alutsista juga para penerbang yang mengawaki serta ground crew juga juga harus siap, karena turut andil dalam operasi pendidikan penerbangan.

Advertisement

Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Imran Baidirus mengingatkan, jika kurang waspada, terbang malam bisa berakibat fatal hingga gagalnya tujuan latihan. Oleh sebab itu semua pihak yang terlibat dalam latihan terbang malam harus peduli dengan membangun budaya safety. Road map to zero accident harus dipegang teguh untuk dilaksanakan secara konsisten.

“Laksanakan prosedur penerbangan dengan benar dalam situasi aman maupun krisis sehingga mengurangi resiko yang tidak kita harapkan,” tegasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif