SOLOPOS.COM - Bangker Kaliadem sesaat sebelum Warsito ditemukan, Minggu (25/2/2018) masih dikunjungi banyak wisatawan. (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Kondisi Warsito, 33, yang ditemukan setelah menghilang empat hari di Merapi mulai membaik

Harianjogja.com, SLEMAN– Kondisi Warsito, 33, yang ditemukan setelah menghilang empat hari di Merapi mulai membaik. Pria dua anak ini cukup lahap makan makanan yang disuguhkan.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Kondisi fisik warga Paten Tridadi ini sudah membaik. Tangan kirinya masih dibalut perban dengan selang jarum infus. Luka di kakinya akibat menyusuri lereng Merapi juga terlihat mengering.

Saat ditemui Harianjogja.com di ruang perawatannya di RS Panti Nugroho Pakem, Warsito tengah rebahan bersama istrinya Dwi Indri Astuti di teras belakang beralas tikar. Keduanya cukup akrab berkomunikasi.

Awalnya, baik Warsito maupun Indri enggan menjawab pertanyaan Harianjogja.com. Namun sedikit demi sedikit mereka pun mulai bercerita setelah empat hari berpisah. Keakraban kedua pasutri ini mengindikasikan tak ada masalah di antara keduanya.

“Seperti baru pacaran saja,” ujar Indri sambil tersipu malu. Dia mengaku sangat gembira, suaminya bisa kembali.

Selama kehilangan Warsito, Indri mengaku ibadahnya tambah rajin. Setiap detik doa dipanjatkan agar Warsito segera ditemukan. Tanpa absen seharipun, wanita ini rela menunggu perkembangan di Musholla Mbah Marijan. Terkadang dia hanya bisa memejamkan mata dua jam.

“Untungnya, fisik saya masih kuat mas. Anak-anak dititipkan sama mbahnya di Kalasan. Mudah-mudahan ibadah saya tidak hanya meningkat saat ini saja. Bukan nazar, tapi saya usahakan. Ini khidmahnya [dari kejadian itu],” tutur Indri.

Sesekali matanya melirik ke arah Warsito. Yang dipandang hanya membalas dengan senyuman saja. Penampilan Warsito sendiri tampak bersih meskipun guratan kelelahan di wajahnya belum hilang. Menggunakan kaos blong warna hitam dipadu dengan celana batik, tangan Warsito mendarat di kripik singkong di dekatnya.

“Sekarang makannya lahap benar. Sejak pagi sampai siang ini sudah tiga kali. Ini masih nunggu kiriman bakso,” seru Indri.

Betapa tidak. Terakhir kali sebelum dinyatakan menghilang, Warsito hanya makan mie instan di warung kawasan wisata Kaliadem. Selama di Merapi, Warsito hanya bertahan hidup dengan makan kembang-kembangan  yang ditemuinya. Adapun air hujan dan embun menjadi pelepas dahaga.

Warsito mengaku sempat dua kali naik ke kawah Merapi untuk menghangatkan tubuhnya. Entah sadar atau tidak, saat menaiki kawah Merapi ia tidak membawa peralatan apapun laiknya para pendaki. Semua memang tidak bisa dinalar secara logika.

Dia berusaha untuk turun pada Jumat (23/2/2018) namun karena tebalnya kabut, pandangannya tak kuasa menembus dan mencari jalan keluar. Apalagi di sekitar lokasi turun hujan.

Diapun memilih untuk bertahan di sebuah tebing tanpa bekal apapun. Saat itu dia hanya membawa jaket, ponsel dan rokok. “Sejak awal memang tidak mau ke atas, tahu-tahu tersesat. Sekarang lebih baik tapi belum fit 100%,” katanya.

Selama dinyatakan hilang dia terus berdoa. Sabtu (24/2) dia berusaha untuk kembali turun.  Sampai akhirnya ia ditemukan tertidur di pinggir jalur pendakian pos dua Sri Manganti Merapi, Minggu (25/2) siang.

Di sekitar pos tersebut penuh dengan tanaman yang rimbun dan tinggi. Jalurnya pun penuh dengan bebatuan dan pasir hasil erupsi 2010. Jalur pendakian ini terbilang sulit dan penuh tantangan.  Beberapa kali penyisiran, tim penyelamat tidak menemukan jejak Warsito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya