SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA–Sebanyak 112 siswa SMA 17 belajar di trotoar Jl Tentara Pelajar, Jetis, Jogja Sabtu (7/4) pagi hingga siang. Mereka terpaksa belajar di trotoar karena fasilitas belajar mengajar yang seharusnya mereka gunakan tidak ada.

Sejumlah sarana belajar mengajar tersebut mulai dua hari silam memang secara perlahan telah dipindah ke gedung bekas kampus stiekers. Bangunan baru itu terletak di Jl Purwanggan, Pakualaman. Gedung baru itu sengaja disiapkan oleh pihak ahli waris untuk memindahkan proses belajar mengajar siswa karena lahan SMA 17 saat ini masih dalam sengketa antara pengelola Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dengan pihak ahli waris Bedasaktiorin Hardjanto.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Sejumlah siswa dan para guru mengaku terkejut saat mendapati sekolah mereka dalam kondisi berantakan dan dilakukan perusakan. Bangunan sekolah mereka yang sebelumnya ditutup menggunakan seng hingga rapat, Sabtu pagi kembali didapati papan sekolah SMA 17 dirobohkan. Belum diketahui pasti siapa pelaku perusakan, namuan diduga kuat pelaku merupakan pihak yang berseberangan dengan sengketa lahan di SMA 17 tersebut.

“Tadi pagi saat kami masuk papan sudah roboh, semua ruangan diacak-acak, dokumen-dokumen kami berserakan semuanya, padahal kami sendang mempersiapkan ujian minggu depan,” kata Nunek Tasnim Wakil sekolah bidang kurikulum SMA ’17”

Siswa juga mengaku sangat terganggu dengan kondisi tersebut. Ocvi Sulistiani, 17 siswi kelas XI SMA 17 mengaku sempat menangis bersama sejumlah kawannya setelah mendapati sekolah mereka dirusak dan dikosongkan. Ocvi berharap proses belajar tetap berjalan seperti biasanya. Dia dan sejumlah rekannya juga mengaku sangat terganggu dengan kondisi akibat sengketa tersebut. Proses belajar yang dilakukan di trotoar, kata Ocvi juga membuatnya sangat tidak nyaman. Selain konsentrasinya terganggu, materi pelajaran yang seharusnya mampu ia serap tidak dapat dilakukannya secara maksimal.

“Belajar di trotoar bising, berusaha sebisa mungkin tetap saja tidak maksimal, harapannya ya sekolah dapat kembali seperti dulu lagi,” kata Ocvi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja Edi Heri Suasana ditemui di SMA 17 mengaku Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan tetap mengupayakan proses belajar mengajar berjalan. Ujian yang dikatakannya akan berlangsung pekan depan, yakni 16-19 April, tetap diupayakan dilangsungkan di sekolah SMA 17.

“Kita tetap berupaya ujian nanti disini, pemerintah siap menambah fasilitas seperti bangku dan fasilitas mebel lain, tapi upayakan melalui aset Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 dahulu,” kata Edi.

Ketua Komisi D DPRD Kota Jogja Sujanarko meminta proses ujian harus tetap berlangsung di SMA ’17’. Menurutnya jika tidak memungkinkan maka harus dilakukan penjagaan oleh pihak keamanan melalui polisi. “Bagaimanapun juga ujian harus tetap disini, jika perlu terjunkan polisi untuk melakukan pengamanan,” katanya.

Hingga Sabtu siang, sejumlah personil polisi masih tampak melakukan penjagaan di sekitar sekolah bekas asrama TNI tersebut. Mereka berjaga dari kemungkinan aksi perusakan berikutnya akibat sengketa lahan di SMA 17 itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya