SOLOPOS.COM - Suasana pameran Geger-geger Goro-Goro. (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Acara Geger-geger Goro-goro merupakan kegiatan yang digelar Gunungkidul Art Project mulai 25 Oktober 2014 hingga 1 November 2014. Acara ini merupakan kritik sosial mengenai keadaan yang tengah dialami masyarakat saat ini.

Sekretaris Panitia Pelaksana Andi Karto Jiwo, 35, mengatakan, kegiatan diisi dengan pajangan beberapa cerita wayang. Menurutnya, wayang yang disajikan setiap dalang, akan menyuguhkan cerita yang berbeda.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

“Tema yang diangkat yakni sorotan terhadap keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan berbagai kondisi yang tengah dialami masyarakat saat ini,” ujar dia, usai pembukaan kegiatan tersebut.

Andi mengungkapkan, kondisi tersebut bisa saja merupakan realitas alam atau memang sudah ada yang mengondisikan. Melalui kegiatan ini, ia berharap akan ditemukan penyebab serta solusi dari kondisi yang tengah dialami masyarakat.

Ratusan warga memadati pembukaan pameran Geger-geger Goro-goro yang digelar Gunungkidul Art Project di Eks Gedung Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul, Sabtu (25/10/2014) malam.

Sembari menungu pameran dimulai, ratusan warga terdiri dari muda-mudi, anak-anak, hingga orangtua disuguhi wayang berdurasi pendek yang dibawakan Ki Dalang Roni Ahmad Wahyudi dari Gari, Wonosari. Roni membawakan lakon Geger-geger Goro-goro.

“Intinya, segala sesuatu yang terjadi pada alam dan manusia, semua berawal dari perbuatan manusia itu sendiri. Jadi, jangan menyalahkan siapa pun,” ujar Roni Ahmad.

Penampilan Roni disambung penampilan grup musik The Bokir Company, yang merupakan mahasiswa ISI Jogja Jurusan Etnomusikologi. Mereka membawakan dua lagu dengan memadukan alat musik tradisional dengan alat musik modern.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kebudayaan kita sendiri hharus dikenali sebelum mengenali kebudayaan orang lain,” ujar Pentolan grup bernama The Bokir Company, Andi Zulfikar Alam.

Baik penampilan Roni maupun The Bokir Company mampu menyedot perhatian warga. Di akhir penampilan mereka, selalu terdengar riuh tepuk tangan pengunjung.

Salah satu pengunjung Anas menggatakan, kegiatan yang dibuat tersebut sangat bagus untuk melestarikan kebudayaan warisan leluhur. Ia juga mengapresiasi perpaduan antara alat musik modern dengan alat musik tradisional.

“Ternyata bagus juga kalau dipadukan. Sangat menarik dan menghibur,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya