Jogja
Selasa, 12 Desember 2017 - 18:55 WIB

Seorang Pasien Suspect Difteri Dirawat Intensif di RSUP Sardjito

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Iluistrasi perawatan pasien DBD. (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito telah menerima dua pasien yang diduga mengidap difteri

Harianjogja.com, SLEMAN--Dalam beberapa waktu terakhir, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito telah menerima dua pasien yang diduga mengidap difteri atau biasa disebut suspect. Satu pasien asal Sleman sudah dipulangkan karena kondisinya telah membaik, sementaranya satunya masih mendapat perawatan.

Advertisement

Baca juga : 2 Warga di Bantul Suspect Difteri, Ini Hasil Pemeriksaan Mereka

Ida Safitri Laksanawati, dokter yang merawat pasien asal Bantul yang saat ini masih dirawat itu mengatakan, yang bersangkutan masuk RSUP Sardjito sejak Minggu (10/12/2017). Sesuai dengan standar penanganan, kemudian pasien yang berusia 16 tersebut tahun langsung ditempatkan di ruangan isolasi.

Advertisement

Ida Safitri Laksanawati, dokter yang merawat pasien asal Bantul yang saat ini masih dirawat itu mengatakan, yang bersangkutan masuk RSUP Sardjito sejak Minggu (10/12/2017). Sesuai dengan standar penanganan, kemudian pasien yang berusia 16 tersebut tahun langsung ditempatkan di ruangan isolasi.

Kemudian pasien langsung diberikan serum anti difteri dan antibiotik. Selepas itu dilaksanakan usap tenggorokan dan hidung untuk dilaksanakan pemeriksaan di laboratorium RSUP Sardjito dan Balai Besar laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya sebagi laboratorium yang ditunjuk untuk tempat konfirmasi diagnosa difteri.

“Ada standart penanganan. Kami akan mendapatkan informasi [apakah positif atau negative difteri] ketika BBLK sudah punya hasil. Specimennya baru dikirim kemarin,” kata Ida saat ditanya kapan hasil pemeriksaan akan keluar, Selasa (12/12/2017) di RSUP Sardjito.

Advertisement

Bagi petugas kesehatan yang memberikan antibiotik maupun melakukan usap tenggorokan juga diwajibkan memakai masker. Pasien juga tak diperkenankan menerima kunjungan. Yang boleh menemani hanya orang tuanya saja.

Pasien asal Bantul tersebut, tambahnya diberikan status suspect difteri karena memenuhi beberapa kriteria seperti adanya batuk, pilek, demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri tenggorokan yang disertai dengan selaput sampai kesulitan menelan.

Penanganan difteri paling ampuh, kata Ida adalah dengan melakukan imunisasi yang harus dilakukan secara lengkap. Imunisasi secara lengkap dilakukan saat bayi berumur dua, tiga dan empat bulan.

Advertisement

“Setelah itu harus dibooster saat berusia 18 bulan dan saat SD,” ucap anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sardjito itu.

Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sardjito Andaru Dahesih Dewi menambahkan, untuk pasien asal Sleman sudah diizinkan pulang, karena kondisinya sudah semakin membaik. Dalam artian radang tenggorokannya sudah sembuh.

Ia optimis yang bersangkutan tidak terkena difteri meskipun hal tersebut masih membutuhkan kepastian dari hasil pemeriksaan laboratorium.

Advertisement

Andaru menyatakan kepastian pasien negative difteri membutuhkan waktu selama tujuh hari. Specimen yang bersangkutan sendiri telah dikirim sejak Jumat pekan lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif