SOLOPOS.COM - Aksi sepak bola gajah antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang menjadi catatan memalukan. Ist/Dok

Sepak bola gajah yang terjadi Oktober tahun lalu masih menyisakan pilu bagi sejumlah pemain PSS Sleman.

Harianjogja.com, JOGJA- Sejumlah pemain PSS yang terlibat skandal sepak bola gajah saat pertandingan melawan PSIS Semarang, Oktober 2014 lalu begitu menyesali tindakan konyol itu. Hanya menuruti permintaan manajemen malah akhirnya membuat karier mereka sebagai pesepakbola profesional tamat. Bagaimana nasib mereka saat ini?

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terlanjur. Satu hal yang tersisa dari para pemain adalah penyesalan. Empat di antara semua pemain yang terlibat kasus itu, Hermawan Putra Jati, Satrio Aji, Ridwan Awaludin dan Monieaga Bagus Suwardi benar-benar merasakan beratnya kehidupan yang mereka alami saat ini.

Karier mereka dalam dunia sepakbola tidak hanya meredup, tapi telah hancur total selepas Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan hukuman larangan ikut kompetisi profesional seumur hidup. Padahal hanya dari sepak bola mereka selama ini menyambung hidup.

Di satu sisi usia empat pemain tersebut masih sangat muda sekali. Hermawan Putra Jati misalnya, saat ini baru berumur 22 tahun. Kariernya sebagai pesepakbola profesional harus tamat sampai di sini akibat gol yang dia buat ke gawang sendiri. Padahal tak pernah sekali pun dia bercita-cita membuat gol bunuh diri.

Sebagai atlet profesional dia selalu ingin memberikan kemenangan untuk timnya dengan permainan sportif. Pemuda asal Sleman ini pun bercita-cita ingin memberi kebanggaan pada Super Elang Jawa, julukan PSS. Sayang, kontribusinya hanya mentok dua tahun saja. Kini Hermawan pun tidak memiliki pekerjaan. Mengasah skill
sejak kecil agar bisa menjadi pesepakbola tangguh akhirnya sia-sia saja.

“Enggak ada pekerjaan sekarang,” papar Hermawan beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan Hermawan yang masih menganggur, rekan setimnya, Ridwan Awaludin kini punya kesibukan harian untuk untuk mengisi kejenuhannya di rumah. Ridwan punya aktivitas di bidang pertanian, yakni membantu orangtua di sawah.

“Enggak ada pekerjaan lagi, satu-satunya kesibukan setiap hari ya cuma nyangkul di sawah,” paparnya dalam kesempatan Kupas Tuntas Kasus Sepak Bola Gajah di Hotel Merapi Merbabu, Rabu (29/7/2015) malam.

Dalam kesempatan itu, Ridwan juga membeberkan, manajemen lama PSS tidak memberikan kompensasi atas penderitaan yang dialami para pemain. Padahal sumber derita itu asal muasalnya karena instruksi manajemen agar kalah dari PSIS Semarang.

Manajemen memang memberikan sejumlah uang. Hanya, uang itu bukan kompensasi bagi pemain tapi memang sudah hak pemain.

“Uang yang kami terima itu adalah sisa gaji yang belum dibayarkan manajemen. Jadi memang sudah jadi hak kami, bukan uang kompensasi atas apa yang telah kami alami akibat sanksi selepas menjalankan pertandingan itu,” jelas Ridwan.

Sementara penyerang PSS waktu itu, Monieaga Bagus Suwardi lebih bernasib tragis ketimbang dua rekannya. Di samping hanya menganggur di rumah, Monieaga saat ini sudah berkeluarga. Upaya untuk mencari pekerjaan sudah dia lakukan tapi belum juga dapat. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dia hanya mengandalkan pada perjuangan istrinya.

“Jadi sekarang gantian, istri saya yang bekerja. Sementara ini dia yang nyukupi kebutuhan keluarga selagi saya masih nganggur,” paparnya.

Dia merasa beruntung, istrinya tidak mengeluh selama ini. Istrinya menjalani kesulitan yang sedang dialami dengan iklhas lahir batin.

“Semoga saja kesulitan ini cepat berlalu. Maka dari itu saya ingin mendapatkan keadilan. Tidak semestinya sanksi berat ini saya dapat karena pemain hanyalah korban, bukan pelaku sebenarnya,” harap dia.

Rekan lainnya, Satrio Aji masih punya ide kreatif agar tetap bisa menyambung hidup di saat penghidupan dari lapangan hijau tak mungkin dipaksakan lagi. Satrio kini mengembangkan bisnis jual beli barang lewat online. Meski baru kecil-kecilan tapi dia punya tekad kuat untuk tekun merintis usaha itu.

“Ya nyambi jualan barang lewat online karena memang enggak ada pekerjaan lagi. Bagi saya yang penting itu usaha halal,” papar dia.

Beberapa waktu lalu eks kapten tim mereka, Anang Hadi, juga mengungkapkan kondisi sulit selepas ada hukuman berat dari Komdis PSSI. Waktu itu Anang bahkan mau menerima ajakan untuk bermain Tarkam. Dia merasa sangat senang ketika manajemen PSS saat ini sempat mengajaknya untuk masuk di tim PSS All Star untuk menghadapi
laga ekshibisi lawan Arema Cronus, 24 Mei lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya