Jogja
Rabu, 24 September 2014 - 23:20 WIB

Seperti Ini Kehidupan Kusir Andong di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Para kusir andong berharap ada keberpihakan dari pemerintah daerah untuk memberikan keleluasaan beroperasinya moda tranportasi tradisional.

Ponijo,38 pengurus Paguyuban Andong Langen Mulyo mengungkapkan sejak ada layanan transportasi massal Trans Jogja pada 2008 lalu penghasilan kusir andong berkurang drastis. Penghasilan itu, katanya, kian berkurang setelah ada becak motor (betor).

Advertisement

“Banyak penumpang milih betor atau Trans Jogja karena lebih murah dan lebih cepat,” ujarnya kepada Harian Jogja, Selasa (23/9/2014).

Untuk sekali naik, ia mengungkapkan, tarif andong berkisar Rp40.000- Rp50.000, bahkan saat liburan bisa mencapai Rp70.000. Sedangkan Trans Jogja hanya Rp3.000.

Advertisement

Untuk sekali naik, ia mengungkapkan, tarif andong berkisar Rp40.000- Rp50.000, bahkan saat liburan bisa mencapai Rp70.000. Sedangkan Trans Jogja hanya Rp3.000.

Ia bersama 30 anggota paguyubannya biasa mangkal di jalur lambat Malioboro. Menurut dia, di Malioboro sekarang ini setidaknya ada 16 paguyuban yang rata-rata jumlahnya sekitar 30-40 andong. “Asalkan punya kartu anggota bisa masuk Malioboro,” katanya.

Ponijo mengatakan, saat ini kusir andong hanya bisa mengandalkan penumpangnya dari wisatawan saja. Itupun dengan rute yang menciut.

Advertisement

Kusir andong, menurut dia, mengeluhkan macetnya jalur lambat di Malioboro, karena ada saja kendaraan bermotor yang nekat lawan arah ke utara sehingga menghambat laju andong.

Belum lagi melubernya parkir kendaraan di Malioboro juga menjadi masalah buat andong. “Apalagi lahan parkir berdekatan dengan malioboro, sehingga ketika banyak yang keluar masuk bikin macet,” keluhnya.

Mugiharjo, 30, kusir andong lainnya bahkan belum lama ini andongnya ditabrak sepeda motor ketika melintas di perempatan Gerjen, Kauman.

Advertisement

Saat jalan menanjak di perempatan itu, ia sudah berusaha memelankan laju andongnya dari selatan. Tapi sepeda motor dari timur dengan kecepatan tinggi menjatuhkan kudanya.

Kendati begitu ia mengaku pasrah dengan pemerintah daerah untuk mempertahankan nasib kusir andong.

Tergusurnya andong sebagai moda transportasi tradisional ini sebelumnya semakin dikhawatirkan dengan rencana pengembangan Kereta Trem. Pemerintah Daerah DIY berencana menggunakan dana keistimewan membuat zonasi jalur lintas andong.

Advertisement

Arif Noor Hartanto, Wakil Ketua Dewan DIY sementara menyarankan agar Pemda tetap menjaga kelestarian andong beserta becak sebagai ikon kota wisata. Ia setuju jika pengembangan tranportasi massal kereta trem untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor.

“Tapi kalau kemudian mengurangi jalan darat untuk andong, becak, sepeda saya tidak setuju,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif