Jogja
Sabtu, 24 Maret 2012 - 10:45 WIB

Serangan Demam Misterius Nglipar Memburuk

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi

NGLIPAR—Serangan demam di Dusun Pengkol, Desa Pengkol Nglipar kian memburuk. Beberapa warga bahkan menilai penyakit yang menyerang secara bersamaan di Nglipar itu merupakan pagebluk yang menimpa mereka.

Ilustrasi

Advertisement

Sebelumnya terdapat 25 warga yang terserang penyakit tersebut. Namun, pada Jumat (23/3/2012), sudah terdapat 31 orang yang terjangkiti demam itu. Dua di antara mereka harus dirawat inap RSUD Wonosari dan Puskesmas Nglipar I.

Ny. Yoso Sumarto, 65 sudah tiga hari dirawat di Puskesmas Nglipar I. Sementara, Samijan, 60, dilarikan ke RSUD Wonosari kemarin. Adapun Yoso Sumarto, 70 suami dari Ny. Yoso Sumarto  sebenarnya harus menjalani rawat inap tetapi memilih untuk dirawat jalan.

Sebagian besar penderita mengeluhkan demam secara tiba-tiba disertai sakit kepala dengan rasa nyeri pada persendian dan diare yang mirip gejala leptospirosis. Salah satu penderita Sri Lestari, 40, selain merasakan gejala tersebut ia juga merasakan perutnya agak sedikit keras ketimbang sebelumnya.

Advertisement

Wagino, 50, warga Dusun Pengkol, Desa Pengkol, Nglipar berharap pemerintah daerah melakukan penanganan secepatnya karena banyak warga yang khawatir dengan kondisi penyakit yang menyerang sebagian warga Dusun Pengkol. Jika sebelumnya hanya para penderita didominasi oleh RT 2, sejak dua hari terakhir sudah mengarah pada RT 1 dan RT 3. Beberapa warga bahkan menganggap mereka tengah ditimpa pagebluk.

“Kami ingin penanganan secepatnya, jangan sampai meluas,” terangnya, Jumat (23/3).

Meski sebenarnya penyakit tersebut seperti demam biasa, lanjutnya, namun penularannya terjadi sangat cepat sehingga membuat warga khawatir.

Advertisement

Sebagian besar warga dusun tersebut bermata pencaharian sebagai petani yang saat ini tengah memasuki panen padi. Menurut Suryono, 35, warga RT 1/ RW 1 Dusun Pengkol banyak tikus yang masuk permukiman saat masa penan.

“Kejadian seperti ini memang baru pertama kali sejak saya kecil,” ungkapnya.

Meski belum mengetahui hasil uji laboratorium dari diagnosa yang dilakukan pada Kamis (22/3) lalu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sri Raharto menyatakan gejala tersebut bukan lepstopirosis. Terkait dengan banyaknya penderita yang berada di komunitas itu pihaknya juga belum bisa berkomentar banyak karena masih dalam penelitian laboratorium. Aata air Beji, Dusun setempat yang biasa dimanfaatkan warga, diambil sampelnya oleh Dinkes Gunungkidul Kamis (22/3) lalu .

Penanganan warga, kata dia, sudah dilakukan secara intensif melalui koordinasi dengan petugas Puskesmas Nglipar I yang merupakan wilayah terdekat dari para penderita. Selain itu sejumlah warga diminta untuk segera melaporkan jika ada perkembangan tambahan jumlah penderita atau yang membutuhkan penanganan. (sun)

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif