SOLOPOS.COM - tuna ilustrasi (environment.nationalgeographic.com)

tuna ilustrasi (environment.nationalgeographic.com)

JOGJA—Kawasan Asia Tenggara menjadi pemasok sekitar 26,2% produk tuna dunia. Namun negara-negara di wilayah ini justru sering disetir negara-negara tujuan pemasaran. Penguatan kerja sama regional dinilai penting untuk mengatasi persoalan tersebut.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

“Jangan sampai yang memiliki sumber daya alam justru dipermainkan oleh negara pembeli,” kata Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Saut P Hutagalung sesaat setelah pembukaan The 2nd ASEAN Tuna Working Group Meeting yang berlangsung di Hotel Ina Garuda, Jogja, Kamis (31/5).

Menurut dia, salah satu masalah yang kerap dihadapi berkaitan dengan kampanye hitam yang sering menuduh penangakapan tuna di ASEAN, termasuk di Indonesia, tidak sesuai dengan aturan lingkungan.

“Kerap negara-negara ini dituduh melakukan pembantaian terhadap binatang sehingga kemudian produknya dianggap tidak ecolabelling,” katanya.

Untuk itulah diperlukan kerja sama tingkat ASEAN untuk meningkatkan daya saing serta daya tawar tuna di dunia. Salah satu usulan yang akan diusung Indonesia dalam pertemuan yang diikuti seluruh negara ASEAN tersebut adalah dengan membentuk Tuna Crisis Center yang akan menjadi lembaga bersama untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN.

Saut menjelaskan, Asia Tenggara merupakan produsen utama tuna di dunia dengan produksi mencapai 26,2% dari tuna dunia atau sebesar 1,7 juta ton berdasarkan data 2007. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya