Pihak SD Seropan mengajukan penambahan shelter sementara untuk belajar siswa
Harianjogja.com, BANTUL—Pihak SD Seropan mengajukan penambahan shelter sementara untuk belajar siswa. Pasalnya shelter yang tengah dalam tahap pembangunan sekarang hanya terdiri dari tiga ruangan kelas saja. Padahal SD Seropan memiliki enam kelas dengan 122 siswa.
Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja
Baca juga : Kegiatan Belajar SD Seropan Digelar di Tenda, Velly Kepanasan tapi Senang
Kepala SD Seropan, Wagiran membenarkan hal tersebut. Menurutnya shelter darurat dengan bahan bambu tersebut hanya memiliki tiga ruangan. Oleh sebab itu beberapa hari lalu pihaknya kembali mengajukan penambahan jumlah shelter kepada BPBD Bantul melalui Disdikpora.
Selain mengajukan penambahan shelter, Wagiran juga mengusulkan penambahan toilet. Di lokasi sementara yang ditempati hanya tersedia satu unit toilet, sehingga siswanya sering menumpang di toilet warga sekitar. “Kami ajukan 5 unit toilet. Itu untuk memenuhi kebutuhan 122 siswa dan 15 tenaga pengajar” katanya, Rabu (17/1/2018).
Terkait pembangunan gedung baru, Wagiran mengaku telah menyiapkan sejumlah dokumen terkait pembangunan gedung sekolah baru. Seperti Izin Mendirikan bangunan (IMB, dokumen pengelolaan lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
Pihaknya berharap Pemkab segera dapat merealisasikan gedung baru yang rencananya akan dibangun di tanah kas desa tersebut. Sebab hingga saat ini ruang kelas dan kantor SD Seropan masih menggunakan tenda yang didirikan oleh BPBD Bantul. Ia juga menggadang-gadang shelter sementara selesai sesuai target.
Pasalnya dengan kondisi saat ini, proses belajar mengajar tidak akan optimal. “Kemarin dari BPBD bilang kalau maksimal di tenda hanya 20 hari dari tanggal 2 Januari, jadi sekitar tanggal 22 Januari harus pindah ke shelter. Tapi karena kurang, sementara masih ada yang di tenda dulu,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui SD Seropan menjadi satu sekolah yang harus berpindah pasca banjir dan longsor akhir November lalu. Bangunan SD Seropan mengalami keretakan dan hampir roboh karena adanya rekahan tanah di kompleks sekolah.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) pun terpaksa dipindah ke tenda darurat di halaman TK Aisyiyah Bustanul Athfal Seropan. Bahkan terkadang siswa harus belajar di teras bekas bangunan SD Seropan 2 yang kini dipakai untuk gedung PAUD Seropan.