Jogja
Jumat, 16 September 2011 - 10:48 WIB

Si Jambul pun terbang bebas

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cuaca di kawasan pegunungan Menoreh, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo cukup cerah pada, Kamis (15/9). Sinar matahari dari ufuk timur begitu santun menyapa, sehingga tak terlihat gumpalan kabut di kawasan hutan Suaka Margasatwa Waduk Sermo itu.

Beberapa pria berkaos hitam dengan tulisan RCI Raptor Club Indonesia, tampak membawa dua kotak kayu yang berisi dua burung pemangsa, elang alap-alap jambul (Accipiter trivirgatus). Ditemani sejumlah petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jogja, mereka akan melepasliarkan satwa tersebut ke habitat aslinya.

Advertisement

Namun, upaya pelepasliaran burung tersebut rupanya bukan masalah yang mudah. Menurut Kepala Bidang Konservasi RCI Jogja, Lim Wen Sin, proses pelepasliaran satwa harus dilihat dari sejumlah aspek. Selain kesiapan satwa, kondisi alam alias ekosistem yang akan dihuni harus disesuaikan dengan karakteristik satwa tersebut.

“Elang alap-alap jambul ini termasuk jenis burung short win, yang biasa terbang dari pohon ke pohon. Satwa ini cocok tinggal di hutan perbukitan, karena ia termasuk burung sensitive dan memilih menjauh jika keberadaannya diketahui manusia,” cerita Lim sebelum pelepasliaran burung pemangsa itu dilakukan, Kamis (15/9).

Advertisement

“Elang alap-alap jambul ini termasuk jenis burung short win, yang biasa terbang dari pohon ke pohon. Satwa ini cocok tinggal di hutan perbukitan, karena ia termasuk burung sensitive dan memilih menjauh jika keberadaannya diketahui manusia,” cerita Lim sebelum pelepasliaran burung pemangsa itu dilakukan, Kamis (15/9).

Menurut dia, sudah ada empat elang alap-alap jambul yang terdeteksi di kawasan hutan konservasi perbukitan Menoreh. Bila ditambah dua ekor lagi, diharapkan habitat bertambah dan pelestariannya tercapai. Lim mengatakan, kerusakan dan kebakaran hutan yang terus terjadi telah mengancam keberadaan burung-burung pemangsa sejenisnya.

Dilatih bertahan
“Masa-masa seperti ini sebenarnya adalah musim migrasi elang alap-alap jambul, baik dari wilayah Asia seperti dari wilayah Malaysia dan Filipina. Namun, karena asap kebakaran hutan, saat bermigrasi tidak sampai ke wilayah Jawa,” tuturnya.

Advertisement

Dia menjelaskan, kondisi tersebut terkadang terjadi pada satwa yang akan dilepasliarkan. Selain karena sudah terbiasa dipelihara oleh manusia, satwa liar bisa kehilangan insting sehingga harus dilatih terlebih dulu sebelum dilepas kembali.

“Secara fisik burung ini sehat, tetapi karena sedang berganti bulu, ia tidak bisa terbang. Umurnya masih belum setahun. Oleh karenanya, kami tunda dulu pelepasannya sampai siap untuk dikembalikan lagi ke habitatnya,” tandas Bobby.

Butuh kesadaran
Menurut Kepala Resort Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sleman, Sujiyono, kedua elang alap-alap yang akan dilepasliarkan itu sebenarnya merupakan barang sitaan. Keduanya berhasil disita dari seorang penjual burung, bernama Wiryono, warga Pereng Kembang, Balecatur, Gamping, Sleman, saat dilakukan Operasi Fungsional Polhut BKSDA Jogja di Pasar Satwa dan Tumbuhan Jogja, 16 Februari silam.

Advertisement

“Satu ekor kami titipkan di RCI Jogja sejak 19 April dan lainnya dirawat di BKSDA Jogja, sebelum dilepasliarkan. Semuanya jenis burung betina. Memang, masih banyak warga yang kesadaran terhadap satwa yang dilindungi masih rendah. Ini perlu disosialisasikan, agar kelestariannya terjaga,” tuturnya.

Sujiyono menegaskan, secara garis besar populasi burung di wilayah DIY turun drastis terutama usai terjadi erupsi Merapi 2010 lalu. Beberapa jenis burung pemangsa yang habitatnya terancam, termasuk elang jawa, elang hitam, elang ular bido dan elang alap-alap jambul.

Berdasar data BKSDA terbaru, jelas Sujiyono, burung pemangsa di DIY yang tercatat sampai 2010 hanya 13 jenis. “Makanan yang disukai elang alap-alap jambul adalah belalang, tikus dan kadal. Itu semua masih banyak dijumpai di kawasan ini, harapannya agar burung ini bisa bertahan. Butuh kesadaran dan dukungan semua pihak, agar kelestarian hutan berikut marga satwa di dalamnya bisa dilestarikan,” pungkasnya.(Wartawan Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif