SOLOPOS.COM - Penumpang di terminal Giwangan Jogja (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Dirjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Pudji Hartanto menemukan langsung sejumlah bus yang tidak layak jalan

 
Harianjogja.com, JOGJA – Dirjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Pudji Hartanto menemukan langsung sejumlah bus yang tidak layak jalan saat melakukan kunjungan di Terminal Giwangan, Umbulharjo, Kota Jogja, Minggu (19/6/2017) siang.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Penumpang bus juga diimbau untuk berani menegur jika dalam perjalanan pengemudi bus ugal-ugalan.

Setibanya di Terminal Giwangan Puji langsung memeriksa sejumlah bus antar kota antar provinsi (AKAP) yang terparkir. Salahsatunya ia langsung masuk ke dalam bus jurusan Surabaya – Jogja, meminta sopir untuk menyalakan wiper dan sebagainya.

Namun ia tampak kecewa karena sabuk pengaman yang nyelempang di dada sopir rupanya hanya modifikasi. Sabuk pengaman itu pengaitnya telah hilang sehingga praktis tidak berfungsi sama sekali.

“Dari tiga bus yang saya cek tiga-tiganya nggak lolos. Itu fatal semua. Misalnya spedometer itu tidak berfungsi, sabuk pengaman juga nggak ada, ada sabuk pengaman tetapi hanya variasi saja biar kalau ada polisi terlihat memakai, padahal ngga ada gunanya, itu fatal,” ungkapnya kepada wartawan di sela-sela melakukan pemantauan di Terminal Giwangan, Minggu (18/6/2017).

Puji mengatakan, kedatangan ke Giwangan untuk mengecek kesiapan angkutan lebaran terutama bus yang digunakan pemudik harus layak jalan.   Namun dari hasi pembuktiannya ketika mengecek di Giwangan, ia mengakui hasil menunjukkan kurang bagus, karena baru 60% bus di DIY yang layak jalan, masih 40% tidak layak jalan. “Dan itu saya buktikan sendiri tadi,” ujarnya.

Ia menyayangkan tindakan para pengusaha angkutan bus yang mengoperasikan bus namun tidak memperhatikan keselamatan penumpang. Ditambah lagi kepedulian sopir yang masih minim terkait kelengkapan bus sehingga ketika rusak dibiarkan saja. Karena itu tidak heran sering terjadi kecelakaan lalu lintas.

“Makanya saya datang ke sini, bagaimana pengusaha bus ini yang dia maunya kaya saja tapi tidak memperhatikan keselamatan rakyat kecil. Dia maunya hebat tapi pelaksanaannya berantakan semua, spedometer nggak jalan,” ucapnya.

Kepada pengusaha angkutan bus, kata dia, agar jangan hanya mengandalkan uji berkala selama enam bulan uji sekali. Jika berjalan sebulan terjadi kerusakan beberapa komponen bus harus segera diganti karena mereka tentu punya mekanik yang bisa mengecek.

Menurutnya, masih ada waktu dua hingga tiga hari sampai H-4 lebaran, bus yang tidak laik jalan harus segera diperbaiki. Armada yang tidak ada sabuk pengaman, spedometer mati harus diperbaiki baru diperbolehkan jalan.

“Seperti tiga [yang diperiksa] ini otomatis tidak boleh jalan sampai dia memperbaiki. Sabuk pengaman paling sejam bisa diperbaiki. Baru dipasang stiker kalau sudah diperbaiki, spedometer juga paling kabel, bisa diperbaiki sejam, dua jam selesai. Kepedulian dari PO harus serius, mental harus dikembalikan, sehingga tidak ada kecelakaan,” ungkapnya.

Ia mengimbau kepada penumpang agar berani menegur sopir jika dalam perjalanan ugal-ugalan atau membahayakan keselamatan berkendara. Ia mengumumkan langsung melalui pengeras suara di Terminal Giwangan dan meminta petugas bagian informasi untuk menyampaikan hal itu setiap hari agar didengar calon penumpang dan sopir.

“Penumpang harus berani memberikan teguran kepada pengemudi yang ugal-ugalan,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya