SOLOPOS.COM - Almarhum Didin semasa hidup. (Sunartono/JIBIHarian Jogja)

Saat meninggal karena dilempar bom, Didin masih tercatat sebagai pelajar SMK Sulaiman Sleman kelas XII. Ia tengah menunggu hasil kelulusan UN.

 

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

 

Harianjogja.com, SLEMAN – Jenazah Didin Suparyanta, 17, dimakamkan di Tempat Pemakaman Dusun Bolawen, Tlogoadi, Mlati, Sleman, Senin (18/4) pukul 12.15 WIB. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta Djan Faridz hadir mengantarkan jenazah. Saat meninggal karena dilempar bom, Didin masih tercatat sebagai pelajar SMK Sulaiman Sleman kelas XII. Ia tengah menunggu hasil kelulusan UN.

Proses pengantaran jenazah Didin di dalam peti menuju liang lahat pun tidak dengan cara dipikul. Ribuan pelayat yang datang berjajar dari rumah duka Dusun Bolawen, Tlogoadi, Mlati menuju pemakaman dengan meranting peti tersebut. Kebetulan jarak antara rumah duka dengan pemamakan hanya sekitar 50 meter. Ribuan teman Didin larut dalam isak tangis saat pemberangkatan tak terkecuali ayah Didin bernama Walgiyono.

Meninggalnya Didin menjadi pukulan bagi Walgiyono karena beberapa jam sebelum peristiwa, masih sempat berpamitan. Namun jelang sore, pria yang bekerja sebagai buruh ini mendapatkan informasi kalau Didin terkena lemparan bom di Kronggahan. Walgiyono pun bergegas menuju TKP, namun belum selesai menjejaki kaki di kampungnya, ia diberitahu warga bahwa anak keduanya telah meninggal. “Tidak menyangka, jam 10 [pagi] masih pamitan,” ucap Walgiyono sembari menghela nafas panjang.

Dalam keseharian, Didin dinilai sebagai anak berbakti kepada orangtua. Dalam catatan Walgiyono, anaknya itu tidak pernah menolah ketika dimintai tolong orangtua. Satu hal yang membuatnya terus teringat Didin adalah, saat ini almarhum telah menunggu hasil kelulusan UN. Dengan postur yang tegap, Didin memiliki angan ingin mencari peruntungan mendaftar ke militer atau kepolisian atas dorongan temannya. Tetapi angan itu kini hanya menjadi kenangan bagi Walgiyono.

“Dia bergabung jadi simpatisan [PPP] sejak akan pemilihan bupati. Anaknya memang suka kegiatan sosial,” imbuh Walgiyono dengan tabah.

Istri dari Suparti ini berharap polisi segera menangkap pelaku dan memberikan hukuman seberat-beratnya. Walgiyono tak mengira jika anaknya meninggal dengan tragis. Tetapi ia ikhlas, karena banyak pelayat yang mengantarkan Didin hingga ke liang lahat.

Bagi Djan Faridz kasus yang menimpa Didin dinilai sebagai pembunuhan. Itu disebabkan karena adanya perbedaan pendapat di kalangan pimpinan PPP. Karena ada kelompok yang menterjemahkan Keputusan 601 Mahkamah Agung itu melanggar hukum, tetapi adapula kader yang menilai itu sebagai keputusan yang sah dan mengikat. “Perbedaan itu meruncing sampai terjadinya kasus pembunuhan saya tidak harapkan ini jadi kasus yang meluas. Kami Mengutuk terorisme yang dilakukan sekelompok anasir yang menzalimi anggota PPP,” ucapnya di rumah duka.

Bupati Sleman Sri Purnomo ketika melayat meminta agar seluruh simpatisan PPP menyerahkan kasus itu ke polisi. Serta tetap menjaga wilayah Sleman agar tetap kondusif. “Serahkan semua kepada pihak yang berwajib dan tetap menjaga kondusifitas Sleman,” kata Sri saat memberikan sambutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya