Jogja
Jumat, 14 November 2014 - 18:40 WIB

SIMULASI BENCANA : 70 Petugas di Gunungkidul Dilatih Peran saat Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peserta mempraktikan alur komunikasi mulai dari BMKG ketika bencana dalam simulasi bencana, Kamis (13/11/2014) di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari. (Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Sebanyak 70 orang dari berbagai unsur mengikuti gladi ruang dan posko jika bencana gempa bumi dan tsunami terjadi di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Kamis (13/11/2014).

Tujuan kegiatan ini, saat bencana melanda, semua lini sudah paham tugas masing-masing.

Advertisement

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Gunungkidul Budi Harjo mengatakan dalam gladi tersebut, setiap peserta mendapatkan penjelasan mengenai peran masing-masing.
Tujuannya, ketika bencana benar-benar terjadi semua orang sudah paham apa yang akan dilakukan.

“Nantinya, kami akan tahu siapa melakukan apa. BPBD juga akan melakukan analisa sebelum mengambil langkah yang tepat sesuai situasi yang ada,” ujar dia ketika ditemui di Kantor BPBD Gunungkidul, Wonosari, Kamis (13/11/2014).

Kegiatan tersebut diselenggarakan BNPB Pusat. Peserta terdiri dari unsur TNI, Polri, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar), Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gunungkidul, dan Search And Rescue (SAR) Satlinmas.

Advertisement

“Kegiatan ini sudah dimulai Senin [10/11/2014] di Jogja. Kegiatan akan berlangsung hingga Sabtu [15/11/2014]. Salah satu materi gladi ruang dan posko di Bangsal Sewokoprojo,” ujar dia.

Ia berharap ilmu yang didapat tidak sampai diterapkan. Dalam arti, ia berharap tidak akan ada bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Gunungkidul.

Salah satu peserta Marjono mengatakan, dalam gladi posko, ia mengetahui alur komunikasi mulai dari BMKG. Koordinator SAR Satlinmas Wilayah II tersebut menyebutkan alur komunikasi yang dilakukan cukup rumit.

Advertisement

Menurutnya, jalur komunikasi yang digunakan sangat beragam. Mulai dari pesan singkat, telepon, wireless, faximile, hingga email.

“Selain itu, kami belajar bagaimana komunikasi tetap berjalan ketika ada kendala misal tidak ada jaringan listrik,” imbuh dia.

Senada dengan Budi Harjo, Marjono juga berharap ilmu tersebut tidak sampai terpakai. Ia berharap, tidak akan ada bencana besar terjadi di DIY. Namun, ia menegaskan, bukan berarti petugas bersikap abai atau lengah.

“Kami tetap siaga dan siap mengabdi pada masyarakat,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif