Jogja
Sabtu, 7 April 2012 - 12:06 WIB

Siswa SMA '17' Belajar di Trotoar

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PENGARAHAN—Para siswa SMA '17' Jogja sedang mendengarkan pengarahan dari kepala sekolah. Sejak Sabtu (7/4/2012) para siswa SMA '17' terpaksa belajar di trotoar karena sekolah mereka dikosongkan oleh ahli waris gedung dan tanah sekolah. (Harian Jogja/Rina Wijayanti)

PENGARAHAN—Para siswa SMA '17' Jogja sedang mendengarkan pengarahan dari kepala sekolah. Sejak Sabtu (7/4/2012) para siswa SMA '17' terpaksa belajar di trotoar karena sekolah mereka dikosongkan oleh ahli waris gedung dan tanah sekolah. (Harian Jogja/Rina Wijayanti)

JOGJA—Sebanyak 112 siswa SMA ’17’ belajar di trotoar Jl. Tentara Pelajar, Jetis, Jogja Sabtu (7/4) pagi hingga siang.

Advertisement

Hal itu dilakukan karena fasilitas belajar mengajar yang seharusnya mereka gunakan tidak ada. Sejumlah sarana belajar mengajar tersebut mulai dua hari silam  telah dipindah ke gedung bekas kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kerjasama (STIEKERS) di Jl. Purwanggan, Pakualaman.

Gedung baru itu sengaja disiapkan oleh pihak ahli waris untuk memindahkan proses belajar mengajar siswa karena lahan SMA ’17’ saat ini masih dalam sengketa antara pengelola Yayasan Pengembangan Pendidikan ’17’ dengan pihak ahli waris Bedasaktiorin Hardjanto.

Sejumlah siswa dan para guru mengaku terkejut saat mendapati sekolah mereka dalam kondisi berantakan dan dilakukan perusakan. Bangunan sekolah mereka yang sebelumnya ditutup menggunakan seng hingga rapat, Sabtu pagi kembali didapati papan sekolah SMA ’17’ dirobohkan.

Advertisement

Belum diketahui pasti siapa pelaku perusakan, namuan diduga kuat pelaku merupakan pihak yang berseberangan dengan sengketa lahan di SMA ’17’ tersebut.

“Tadi pagi saat kami masuk papan sudah roboh, semua ruangan diacak-acak, dokumen-dokumen kami berserakan semuanya, padahal kami sendang mempersiapkan ujian minggu depan,” kata Nunek Tasnim Wakil sekolah bidang kurikulum SMA ’17”

Siswa juga mengaku sangat terganggu dengan kondisi tersebut. Ocvi Sulistiani, 17 siswi kelas 11 SMA ’17’ mengaku sempat menangis bersama sejumlah kawannya setelah mendapati sekolah mereka dirusak dan dikosongkan. Ocvi berharap proses belajar tetap berjalan seperti biasanya. (sun)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif