Jogja
Kamis, 25 September 2014 - 18:20 WIB

Sopir Angkutan Tolak Pembangunan Shelter Trans Jogja Depan RS Bhayangkara Polda DIY

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sopir angkutan jurusan Prambanan - Jombor diterima di ruang rapat Pringgodani oleh kepala Dishubkominfo DIY, Kamis (25/9/2014). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN – Sebanyak 36 sopir berikut armada angkutan jurusan Prambanan – Jombor menggeruduk Dishubkominfo DIY, Kamis (25/9/2014).

Mereka menolak rencana pembangunan shelter Trans Jogja di ruas jalan Jogja – Solo Km. 14 Kalasan, Sleman tepatnya di depan RS Bhayangkara Polda DIY.

Advertisement

Sekitar 15 orang perwakilan sopir diterima langsung oleh Kepala Dishubkominfo DIY, Budi Antono di ruang rapat Pringgodani kantor dinas setempat. Selain Budi, dalam audiensi juga dihadiri Kepala UPTD Trans Jogja, Agus Minang dan Kapolsek Depok Timur, AKP Lutfi.

Para sopir mendesak agar Dishubkominfo membatalkan rencana pembangunan shelter Trans Jogja.

Koordinator Sopir Armada Jurusan Prambanan – Jombor, Sunaryo meminta kepada Dishubkominfo DIY untuk meninjau ulang rencana pembangunan shelter di depan RS Bhayangkara.

Advertisement

Ia menilai keberadaan shelter di area tersebut akan membunuh secara perlahan angkutan jurusan Prambanan – Jombor. Karena di para penumpang akan beralih ke Trans Jogja dan meninggalkan angkutan seperti miliknya.

“Sekarang dengan adanya Trans Jogja kami sudah kesusahan cari penumpang. Lha kok ini mau dicaplok Trans lagi,” ungkap Sunaryo, di kantor Dishubkominfo DIY, Kamis (25/9/2014).

Selain itu ia menilai permintaan dibangunnya shelter oleh pihak RS Bhayangkara tidak beralasan. Karena berdasarkan catatan seluruh sopir Prambanan – Jombor, dalam sehari tidak lebih dari 10 penumpang yang diangkut di area RS Bhayangkara.

Advertisement

Dengan demikian, kata dia, kebutuhan transportasi umum di area RS Bhayangkara sesungguhnya bisa dilayani oleh angkutan Prambanan – Jombor yang berjumlah 45 armada setiap harinya. Tanpa harus ada shelter di area tersebut.

“Armada komunitas kami dari 120 unit sekarang tinggal 45 unit yang bertahan. Apa tega mau dihabiskan sekalian, teman keluarga kami mau makan apa? Mau jadi tukang parkir lahannya siapa? Dalam sehari saat ini sopir hanya mendapatkan Rp35.000, bayangkan entuk opo kwi, durung setorane, durung tuku minyak rem,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif