SOLOPOS.COM - Siti Badriyah (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Siti Badriyah (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Siti Badriyah tak menyangka mendapat anugrah predikat pelestari lingkungan. Sebab baginya menjaga lingkungan adalah rutinitas yang tidak spesial.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Akhir pekan pertengahan Juni 2012, Harian Jogja bertemu Siti di kediamannya Dusun Dengok V, Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Ia baru tiba dari pasar berbelanja sayuran. “Biasa, belanja buat besok. Tiap hari Minggu ritual kami bersih-bersih dan makan besar sekeluarga,” ujarnya.

Di hari selain Sabtu dan Minggu, Siti sulit ditemui di rumahnya yang berada di tengah hutan itu. Ia mengabiskan pagi hingga sore sebagai pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Gunungkidul. Malam harinya, selalu ada kegiatan seperti karang taruna, dasawisma, mengurus paguyuban dan banyak lagi.

Sejak kecil, Siti memang senang berorganisasi terutama pramuka. Siti kecil adalah penggerak aksi menanam pohon di sekolahnya. Setelah menikah dengan Santosa Budi Wiyana pada 1990, kebiasaannya mencintai lingkungan tak pernah padam.

Ia menanam pohon jati, kelapa dan buah-buahan di sekeliling rumah. Tumbuhan lain seperti bunga tumbuh subur meski kontur tanahnya kering dan tandus. Pernah, Siti terpaksa minta air di rumah tetangga untuk kebutuhan sehari-hari akibat kayu di hutan banyak yang dicuri, musim tidak menentu sehingga debit air menurun. “Sumur saya sampai dibor lagi empat meter,” katanya.

Kini kekurangan air tinggal kenangan sejak Siti bergabung dalam Paguyuban Pengelola Hutan Rakyat (PPHR) Ngudi Lestari, yang didampingi LSM Surya dari Fakultas Kehutanan UGM. Mata hatinya terbuka untuk ‘menyelamatkan’ lingkungannya dari masalah air.

Atas upayanya, pada 2006, hutan rakyat seluas 229,10 hektare di Desa Dengok berhasil disertifikasi. Sejak itu tak ada lagi sistem tebang butuh. Bagi warga yang menebang satu pohon, diwajibkan menanam lima pohon. Sampah harus dipilah, dijadikan pupuk dan barang kebutuhan lain siap pakai.

Upaya Siti tak serta merta berjalan mulus. Sempat ia dicibir sebagai perempuan desa yang sering pulang malam. “Paguyuban pertemuannya malam, ya saya pulangnya malam. Dicibir itu biasa. Lama-lama masyarakat memahami,” kata ibu tiga putra ini.

Siti menerapkan kegiatan di rumahnya dengan menanam pohon, menanam apotek hidup, beternak ayam, budidaya lele, budidaya jamur tiram, membuat pupuk kompos dan mengolah sampah plastik sebelum ia bersosialisasi pada masyarakat. “Prinsip saya, menjadi teladan, bukan sekadar bicara,” ujarnya.

Entaskan Buta Huruf
Ide cemerlang Siti tidak berhenti pada lingkungan sekitar. Berbekal pengalamannya mengikuti berbagai seminar, pelatihan, studi banding dan membaca buku, Siti mengimplementasikan education for sustainable development (EFSD) atau pendidikan untuk pengembangan berkelanjutan kepada masyarakat.

Kegiatannya mengentaskan buta huruf dengan mengenalkan baca, tulis dan hitung (calistung) pada warga. Siti memanfaatkan barang-barang yang dekat dengan warga sebagai media pembelajaran. Misalnya, huruf dalam bungkus mi instant, teh, dan lainnya. Kecamatan Playen yang dulu terdapat lebih dari 700 warga buta huruf, kini telah dientaskan.

Tak ingin berhenti setelah warga bisa calistung, Siti membuat program penguatan kepada 20 perempuan usia 40-70 tahun dengan membentuk Paguyuban Aksara Green di kampungnya, Dengok V. Dua ruang yang berada di rumahnya, rencana dibuat tempat kerja, dimanfaatkan sebagai gudang sampah dan kegiatan warga setiap hari Minggu Kliwon.

Sampah dari plastik didaur ulang menjadi aneka kerajinan tangan, seperti bantal kursi, tas dan suvenir. Sampah daun dan rumah tangga dijadikan pupuk kompos. Kegiatan membuat pupuk, kini sudah dilakukan di setiap rumah warga.

Mereka juga menanam rimpang yang dijadikan minuman seduh kemasan dan sudah dijual di pasaran. Warga membuat emping garut, hasil panen di kebun Siti. Hasil penjualan mereka sisihkan untuk simpan pinjam anggota paguyuban. “Sudah ada Rp4 juta lho,” ujar Siti tersenyum.

Jiwa wirausaha semakin tertanam dalam jiwa setiap warga. Namun, mereka tak henti belajar. Paguyuban Aksara Green merilis Koran Ibu Media Informasi Pendidikan Keaksaraan Kreatif pada 2009. Majalah ini diterbitkan setahun dua kali, memuat edukasi pada warga tentang pembuatan pupuk kompos, resep makanan sehat, berbagai informasi tentang lingkungan.

Uniknya, tulisan tangan warga yang dulu buta huruf discan lalu dimuat dalam majalah. Majalah dicetak sebanyak 500 eksemplar, dibagikan gratis bagi warga setempat dan desa lain.

“Isi tulisan warga macam-macam, saya bangga. Ada yang bercerita tentang masa mudanya, tentang keluarganya. Senang banget saya, mereka juga senang membaca tulisannya sendiri di majalah jadi kan mereka itu tambah bersemangat,” kata pengagum Ki Hajar Dewantoro ini, seraya tertawa.

Kegigihan Siti terkait pelestarian lingkungan yang dilakukan secara terus-menerus ini akhirnya mampu mengubah pandangan warga dalam menyikapi alam sekitar. Tidak berlebihan bila ia memperoleh penghargaan pelestari lingkungan, Kalpataru tingkat Kabupaten dan Provinsi pada 2011.

Awal Juni 2012, Siti bertandang ke Jakarta menerima penghargaan serupa tingkat nasional dalam katagori pengabdi lingkungan. “Saya enggak nyangka, dapat kalpataru, terus bisa bersalaman dan berfoto dengan Bapak SBY [Presiden Susilo Bambang Yudhoyono], he he he,” tutup Siti yang masih menyimpan berbagai rencana guna memanfaatkan potensi alam dan warga.

BIODATA
Nama : Siti Badriyah
Lahir : Gunungkidul, 5 September 1967
Suami : Santosa Budi Wiyana
Anak :
Rosid Ridlo Nurfebri
Laksita Feri Nursanti
Ferdian Nurfarid

Alamat : Dengok V, Rt 15, RW 05, Dengok, Playen, Gunungkidul

Pendidikan: Jurusan Matematika Universitas Taman Siswa Yogyakarta (1989)

Pengalaman:
? Ketua Dasawisma RT 15 Dusun Dengok V
? Pengurus PPHR Ngudi Lestari sejak 2004
? Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sembada Desa Bleberan
? Tutor Pendidikan Non Formal (Keaksaraan dan Kesetaraan)
? Pengurus Karang Taruna Kabupaten Gunungkidul
? Pamong Belajar di SKB Gunungkidul
? Penyusun soal pendidikan keaksaraan kabupaten Gunungkidul dan Provinsi DIY
? Pimpinan Redaksi Koran Ibu Kreatif (2009-sekarang)
? Ketua Paguyuban Aksara Green
? Berulangkali mendapat juara Lomba Tutor Keaksaraan tingkat Provinsi dan Nasional
? Juara I lomba Kalpataru tingkat Kabupaten Gunungkidul dan Provinsi DIY (2011)
? Peraih Kalpataru Kategori Pengabdi Lingkungan tingkat Nasional (2012)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya