Jogja
Senin, 8 Agustus 2016 - 09:20 WIB

SPBU Setop Penjualan BBM dengan Jeriken, Bagaimana Nasib Nelayan?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah nelayan menata jeriken saat antre mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di SPBN Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (7/1/2015).(JIBI/Antara Foto/Oky Lukmansyah)

SPBU akan menghentikan Pembelian BBM dengan jeriken

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Adanya larangan pembelian premium menggunakan jeriken menuai protes dari kelompok nelayan asal Gunungkidul.

Advertisement

Pasalnya kebijakan itu bisa mengancam keberadaan 250 kapal nelayan yang selama ini beroperasi menggunakan bahan bakar itu.

Protes dari nelayan sangat beralasan karena selama ini di wilayah pesisir belum ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang khusus melayani kebutuhan BBM nelayan.

Sebagai dampaknya, para nelayan memenuhi kebutuhan dengan cara membeli premium menggunakan jeriken ke SPBU di wilayah Wonosari.

Advertisement

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunungkidul Rujimanto mengatakan pelarangan membeli premium dengan jeriken merupakan kebijakan yang tidak adil, khususnya bagi nelayan di kawasan pesisir.

Data dari HNSI sedikitnya ada 250 kapal milik nelayan yang beroperasi menggunakan bensin. Sedang untuk mendapatkan bahan bakar ini, pemilik kapal harus berjalan puluhan kilometer membawa jeriken menuju ke SPBU terdekat.

Menurut dia, jika kebijakan pelarangan benar-benar dilakukan, maka ratusan nelayan asal Gunungkidul tidak bisa beroperasi karena tidak dapat membeli premium. Rujimanto pun berharap ada solusi sehingga kebijakan tersebut tidak memberatkan nelayan.

Advertisement

“Ketiadaan SPBU khusus nelayan membuat kami terpaksa membeli menggunakan jeriken. Tidak mungkin kami membawa perahu-perahu itu ke SPBU hanya untuk mendapatkan premium,” kata Rujimanto kepada Harianjogja.com, Minggu (7/8/2016).

Dia mengatakan, adanya kebijakan ini sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul. Namun aduan tersebut urung membuahkan hasil karena belum ada solusi terkait dengan pelarangan tersebut.

“Ya kalau tidak ada solusi, kami siap demo besar-besaran dengan melibatkan seluruh nelayan mulai dari Sadeng hingga Gesing. Sebab mayoritas nelayan banyak yang menggunakan premium untuk aktivitas melaut,” ujar nelayan yang tinggal di Pantai Ngandong, Tepus ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif