SOLOPOS.COM - Kios stempel di Jalan Moses, Sleman (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Kios stempel di Jalan Moses, Sleman (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Stempel klise yang dulu dikenal cepat pembuatannya dan murah kini tergusur dengan kehadiran stempel emboss dan flash. Meski demikian para perajin stempel tetap bertahan, salah satunya pemilik usaha stempel Galang, Yatno, 40, warga Kalasan, Sleman.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

“Saya masih melayani kalau memang ada yang mau membuat stempel dari klise kertas maupun logam. Untuk ikut perkembangan jaman ya melayani juga stempel dari flash maupun emboss,” kata Yatno di Jalan Moses, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman beberapa waktu lalu.

Yatno menuturkan sejak lulus SMP pada 1988, dunia stempel dan cetak foto yang pengeringannya masih menggunakan setrika diakrabi. Dulu karena keterbatasan teknologi kerap memaksanya menginap untuk melayani pesanan stempel dan cetak foto.

“Dulu sehari bisa melayani 15 sampai 20 cetak foto. Dan untuk stempel bisa layani lima pembuatan stempel. Tapi kini, sudah jarang peminat stempel maupun cetak foto manual,” ujar Yatno sambil menceritakan dulu pernah memiliki empat setrika untuk mempercepat pengeringan foto.

Omzet dalam sehari kala 1988 bisa mencapai Rp100.000. Jika musim pembuatan KTP dan pendaftaran mahasiswa baru, dia mengaku bisa mendapatkan uang lebih dari Rp1 juta. Tapi sekarang, omzet tertingginya hanya Rp100.000.

“Kalau sekarang tidak perlu menginap lagi karena pesanan sehari dua itu sudah bagus. Pengerjaannya dulu dan sekarang juga berbeda, dulu bisa memakan waktu dua jam. Tapi dengan sistem flash, hanya butuh 10 menit stempel sudah jadi,” kata ayah dua orang anak itu.

Untuk tetap bisa menjalani hidup dengan stempel dan foto cetak, Yatno mengaku biasanya juga narik ojek di Mrican. Biasanya banyak mahasiswi yang memanfaatkan tenaganya, khususnya saat akan mudik, meminta diantarkan ke Janti.

“Saya sekarang juga ngojek biar perputaran uang untuk stempel dan cetak foto masih berjalan. Kalau jualan di sini sendiri sudah seperti pasar, jadi kalau pas narik ojek stempel dititipkan ke teman sebelah,” tandas Yatno.

Dia mengaku hingga kini sudah memiliki sejumlah langganan tetap cetak stempel dan cetak foto. Untuk cetak foto kini dirinya menggunakan printer, namun untuk stempel pelanggan bisa memilih mau menggunakan klise, ukir ban maupun flash.

“Masih ada beberapa perusahaan yang masih ingin membuat stempelnya dengan klise. Mereka bahkan ada yang masih membawa klise logam ke sini,” tambah Yatno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya