SOLOPOS.COM - Suasana Seminar Industri Kreatif Potensi Bisnis Modern di STIM YKPN, Sabtu (25/2/2017). (Foto istimewa)

STIM YKPN mendorong penguatan industri kreatif di DIY

Harianjogja.com, SLEMAN- Potensi industri dan ekonomi kreatif di wilayah DIY cukup besar. Bahkan dari 16 sub sektor ekonomi kreatif yang ditetapkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) hampir semuanya dimiliki DIY.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Alumni STIM YKPN Jogja Suparmono menjelaskan, perguruan tinggi memiliki peran untuk membesarkan industri kreatif di DIY. Pasalnya, hampir semua sub sektor ekraf seperti seni, budaya, perangkat lunak, gamers hingga wisata berkembang di DIY.

Kondisi tersebut, katanya, harus menjadi perhatian semua pihak termasuk dari kalangan perguruan tinggi.

“Kontribusi industri kreatif mampu menyumbang tujuh persen pendapatan secara nasional. Bahkan di DIY, industri krearif yang berkembang potensinya Rp2,6 triliun dan mampu menyerap 150.000 tanaga kerja,” katanya kepada Harianjogja.com di sela-sela Seminar Industri Kreatif Potensi Bisnis Modern di STIM YKPN, Sabtu (25/2/2017).

Kampus, katanya, perlu melakukan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas para pelaku industri kreatif. Di DIY sendiri, pelaku industri kreatif sebagian besar berstatus UMKM. Mereka masih memiliki banyak kendala untuk bisa berkembang, mulai masalah badan hukum, perizinan hingga kepemilikan HAKI. Dampaknya, para pelaku di industri kreatif belum bisa dinyatakan bankable.

Tidak jarang pelaku industri kreatif yang menjual kreatifitasnya dengan harga murah ke luar negeri. Itu karenakan pelaku sektor tersebut tidak dapat memiliki izin. Padahal jika dipoles lebih bagus lagi, pelaku usaha mendapat keuntungan lebih.

“Meski memiliki kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi, sebagian besar masih belum mendapat perhatian,” ujar Ketua Panitia Dies Natalis STIM YKPN ke 41 tersebut.

Sementara itu, Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Bekraf Mariaman Purba mengatakan, ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, produk domistik bruto (PDB) Ekraf 2010-2015 meningkat rata-rata 10,14% pertahun. Dari Rp525,96 triliun menjadi Rp852,24 triliun. Begitu juga dengan ekspor Ekraf 2014-2015, naik 6,6 persen dari Rp18,16 miliar menjadi Rp19,36 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya