SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Stok beras DIY pada musim panen pertama terus meningkat.

Harianjogja.com, JOGJA—Serapan beras hasil panen petani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan tren peningkatan pada musim panen pertama. Per hari, rata-rata sekitar 200 ton beras petani DIY terserap Bulog DIY.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Kepala Perum Bulog Divre DIY Langgeng Wisnu Adinugroho mengatakan, peningkatan serapan beras dari petani meningkat menyusul terbitnya revisi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras sebesar Rp7.300 per kilogram. Bahkan, serapan pada Selasa (7/4/2015) sudah mencapai 300 ton.

“Puncak serapan diperkirakan pada akhir Mei dan awal Juni 2015. Setiap hari kemungkinan bisa mencapai 700 ton,” ujar dia di Jogja, Rabu (8/4/2015).

Ia menjelaskan, sampai saat ini realisasi serapan yang sudah dibayar sebanyak 1.693 ton. Sementara, untuk kontrak serapan sebesar 3.500 ton. Ia menjelaskan, pada 2015, Bulog Divre DIY menargetkan bisa menyerap 45.000 ton beras. Untuk nasional, Bulog menargetkan serapan sebesar 2,7 juta ton pada panen tahun ini.

Target tersebut lebih kecil dibandingkan target pada 2014 yakni sebesar 50.000 ton untuk DIY. Namun, realisasi serapan pada 2014 hanya 32.000 ton. Penurunan target dipengaruhi beberapa faktor antara lain mundurnya musim tanam.

Ia mengatakan, 80% beras yang diserap berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan Bantul. Sementara, 20% dari Sleman. Untuk Kabupaten Gunungkidul yang lebih dari 70% penduduknya petani justru tidak ada serapan.

“Data yang masuk ke Bulog ya seperti itu. Gunungkidul belum ada serapan,” ujar dia.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Gunungkidul Azman Latif membenarkan hal tersebut. Menurutnya, petani di Gunungkidul jarang menjual padi mereka. Pasalnya, petani menggunakan hasil panen tersebut digunakan untuk stok bahan makanan.

“Petani itu tidak tenang jika tidak memiliki stok beras di rumah. Untuk itu, semua hasil panen digunakan sendiri,” ujar dia ketika dihubungi Harianjogja.com.

Azman menambahkan, kalau pun harus menjual hasil panen, biasanya hal itu dilakukan pada hasil panen tahun sebelumnya. Jika ada sisa panen dari tahun lalu, baru akan dijual.

“Lebih dari 70 persen dari penduduk Gunungkidul adalah petani. Hasil panennya digunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya