SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kenaikan harga berdasarkan kesepakatan antarpedagang dari Persatuan Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS).

 

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Petugas Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan (DPPK) Sleman mengecek kadar air pada daging sapi di Pasar Pakem, Rabu (1/7/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Petugas Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan (DPPK) Sleman mengecek kadar air pada daging sapi di Pasar Pakem, Rabu (1/7/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Harianjogja.com, JOGJA—Harga daging sapi mengalami kenaikan sebesar Rp6.000 per kg sejak Senin (7/12). Hal ini disebabkan stok sapi siap potong yang terus berkurang.

Salah satu pedagang daging sapi di Pasar Beringharjo, Jogja, Waltiyem mengatakan, kenaikan harga itu merupakan kesepakatan antar pedagang. Keputusan itu disampaikan dalam secarik surat dari Persatuan Pengusaha Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) tertanggal 6 Desember 2015, namun kenaikan harga mulai terjadi 7 Desember 2015.

“Semua jenis daging sapi murni naik Rp6.000 [kualitas I, II, dan III]. Hal ini karena sapi yang mau dipotong jumlahnya berkurang [bukan karena akhir tahun],” ujar dia kepada Harian Jogja ketika ditemui di Pasar Beringharjo, Jogja, Senin (7/12/2015).

Ia menjelaskan, harga daging sapi kualitas I dari Rp110.000 per kg menjadi Rp116.000 per kg, kualitas II menjadi Rp111.000 per kg dari Rp105.000 per kg, sedangkan kualitas tiga menjadi Rp106.000 per kg dari harga sebelumnya Rp100.000 per kg. Ia mengaku pesimistis harga daging sapi bisa kembali turun. “Pemerintah harus mendatangkan sapi dari luar daerah ke DIY supaya harganya tidak naik. Tapi, bukan daging beku. Masyarakat sini [Jogja] tidak mau daging beku,” ujar dia seraya memberikan solusi.

Ketua PPDSS Ilham Akhmadi mengungkapkan kenaikan harga itu tidak terelakkan dengan kondisi sapi yang siap potong setiap harinya berkurang. Menurutnya, saat ini, setiap penjagalan hanya bisa memotong 25 hingga 30 ekor sapi saja setiap hari. Kondisi sulit ini sebenarnya sudah dialami sejak 2012 lalu. Saat harga daging sapi masih Rp75.000 hingga Rp80.000 per kg (tiga tahun lalu), setiap penjagalan sapi di Pleret, Bantul (sekitar 25 tempat) bisa memotong 45 hingga 50 ekor per hari.

“Itu pun yang dipotong kadang sapi betina karena memang yang jantan sudah jarang. Data dari Dinas Pertanian DIY mengatakan surplus, tapi kenyataannya tidak begitu,” ujar dia kepada Harian Jogja, Senin (7/12).

Ilham mengungkapkan, minimnya pasokan membuat harga sapi melambung hingga 20%. Untuk harga sapi bakalan, per kg menjadi Rp46.000 dari harga sebelumnya Rp42.000 hingga Rp43.000 per kg. Sementara itu, harga sapi potong dari Rp40.000 per kg menjadi Rp44.000 per kg. Harga seekor sapi saat ini minimal lebih dari Rp15 juta.

Ia menyebutkan, ada beberapa solusi yang bisa diambil pemerintah adalah dengan mendatangkan sapi dari luar daerah. Dinas Pertanian DIY diharapkan lebih getol lagi ketika menyosialisasikan mengenai perawatan yang baik terhadap ternak sapi. Selain itu, pendampingan kepada peternak harus ditingkatkan. Saat ini, dalam setahun belum tentu seekor sapi bisa beranak, minimal dua kali beranak dalam kurun waktu lima hingga enam tahun.

“Sampai kapan kondisi ini akan berlangsung, saya juga tidak tahu. Harus segera mengambil langkah untuk mengatasinya,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya