SOLOPOS.COM - Rektor terpilih UGM 2017-2022, Panut Mulyono. (Foto istimewa/ugm.ac.id)

Suksesi Rektor UGM memasuki puncaknya, Panut Mulyono terpilih menjadi rektor

Harianjogja.com, SLEMAN– Selalu datang lebih pagi dan pulang ke rumah setelah hari mulai gelap sudah menjadi hal yang biasa bagi pria yang satu ini. Perawakannya yang kurus dan mudah senyum ketika disapa ini dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat mudah ditemui dan diajak berdiskusi oleh mahasiswa.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Baca juga : SUKSESI REKTOR UGM : Panut Mulyono Terpilih Menjadi Rektor UGM

Pria yang dimaksud ini adalah Prof Panut Mulyono, Dekan Fakultas Teknik. Sejak terpilih sebagai Dekan, Panut menegaskan ia siap untuk menjadi ‘pelayan’ bagi mahasiswa, dosen dan karyawan dan selalu siap ditemui kapan saja.

Untuk itu ia memilih untuk tidak banyak bertugas di luar kantornya bahkan membatasi diri pergi tugas ke luar negeri sekalipun. Kalau pun masih bisa, ia lebih memilih mendelegasikan tugas itu ke orang lain atau bawahannya.

Panut tentu punya alasan atas sikap yang diambilnya itu, karena ia harus memimpin dan melayani 365 dosen, 400an karyawan dan ribuan mahasiswa.

Beruntung, teknologi komunikasi membantunya untuk berkomunikasi. Ia tidak segan untuk bisa diajak bertemu dan ngobrol dimana pun. Ia berusaha membalas segera setiap ada pesan yang masuk ke ponsel pintarnya.

“Saya berusaha untuk tetap egaliter, dengan siapa saja saya usahakan supaya mudah ditemui, bahkan ada beberapa dosen datang ke seini, kemudian bertanya sesuatu itu biasa. Di jalan pun biasa berjumpa, ngobrol sangat biasa bagi saya. Supaya tidak ada sumbatan komunikasi,” katanya.

Menurut Panut, beberapa koleganya bahkan cukup mengirim pesan langsung bila ada persoalan tugas kantor yang belum diselesaikannya.

“Misalnya sms ada usulan SK honorarium, kok belum turun, kok saya belum dibayar, langsung SMS saya, saya langsung bicara dengan wakil dekan ternyata SK ketelingsut, tahunya dari sms itu, langsung saya balas, saya langsung mengeceknya,” katanya.

Menjembatani konikasi bagi setiap dosen, karyawan dan mahasiswa menurut Panut bisa membawa suana guyub rukun di keluarga besar fakultas teknik untuk terus berbenah melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik.

Selama empat tahun menjadi Dekan, kata Panut, ia bersyukur bahwa 12 prodi S1 di Fakultas teknik sudah terkareditasi A. Sebagian prodi S2 dan S3 sudah terakreditasi A.

Menurutnya tidak hanya akreditasi nasional, ia juga menggenjot akreditasi internasional, sebab sampai saat ini hnaya ada satu prodi, yakni prodi teknik kimia yang sudah mendapat pengakuan akreditasi internasional Institution of Chemical Engineers (IChemE).

“Sekarang ada empat prodi tengah dalam tahapan pengajuan akreditasi internasional,” katanya.

Belajar dari pengalaman teknik kimia saat mendapat pengakuan akreditasi internasional, Panut menyerukan setiap prodi dan departemen mendirikan semacam dewan penasihat atau advisory board, yang terdiri dari alumni yang bisa memberikan masukan bagi pengembangan pendidikan dan pengagajaran.

“Dewan penasihat departemen kita ambil dari alumni yang punya reputasi sehingga bisa memberikan pandangan,” katanya.

Tidak sekedar memberi masukan, kata Panut, anggota dewan penasihat ini berpotensi mencarikan jalur pendanaan. “Teknik kimia itu diasesor akreditasi internasional, mereka menilai alat riset kita jauh beda dari alat-alat di industri, padahal mahasiswa nantinya akan bekerja di industri, tidak cukup mahasiswa hanya belajar fundamenetal, paling tidak alat-alat kita setara dengan insustri agar tidak kaget, untung ada alumni yang mencari solusi,” tuturnya.

Merangkul alumni dengan mengaktifkan pengurus Katgama menurut Panut ternyata cukup efektif juga dalam memberi masukan pada bidang pengajaran dan meningkatkan standar kelulusan. Bagi panut, Fakultas untuk bisa sustain harus punya hubungan baik dengan alumninya.

“Dari sisi akademik mereka para alumni merupakan penguna  lulusan kita, mereka bisa memberikan masukan kepada fakultas mengenai kurikulum dan kebutuhan pasar, tetang kualitas lulusan misalnya terkait softskill sudah baik atau belum,” ujarnya.

Bagaimana hubungan dengan mahasiswa? untuk menjaga komunikasi dengan mahasiswa, Panut menggelar pertemuan dua kali setiap satu semester untuk berdialog dengan Pengurus BEM dan Keluarga Mahasiwsa tingkat jurusan dan departemen.

Dalam pertemuan itu panut terbiasa menerima kritik dari mahasiswa bahkan tidak jarang ada mahasiswa yang memberikan masukan padanya. “Ada yang mengeluhkan soal sarana prasarana, soal keamanan, banjir, sampai lampu penerangan yang mati,” terangnya.

Namun begitu, Panut sebaliknya juga memotivasi mahasiswa untuk selalu berpikir kritis terutama dalam menyampaikan aspirasinya yang betul-betul mencerminkan mereka sebagai intelektual muda.

“Saya tantang mereka coba untuk mengkritisi undang-undang migas yang tidak pro rakyat atau soal kesejahteraan rakyat,” katanya.

Selama menjabat Dekan Panut mengaku berbagai pencapaian dalam peningkatan kegiatan tridarma perguruan tinggi, terutama di bidang riset, jumlah penelitian naik jadi 60 persen dari sebelumnya saat di awal ia baru menjabat.



Belum lagi kegiatan pengabdian yang telah diaplikasikan di tengah masyarakat lewat kegiatan KKN PPM.”Banyak dana-dana yang didapat dosen fakultas teknik, jumlahnya meningkat, peningkatan yang didapat mencapai 60 persen peningkatannya. Peningkatannya sangat tajam,” katanya.

Namun demikian, Panut mengaku ada dua hal yang belum kesampaian dilakukannya, yakni peningkatan alat laboratoriuim setara dengan industri. “Saya punya impian, peningkatan alat laboratorium jadi canggih, membawa laboratorium di fakultas ini dimanfaatkan dan menjadi rujukan bagi industri,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya