SOLOPOS.COM - Sultan HB X (JIBI/Harian Jogja/dok)

Sultan HB X (JIBI/Harian Jogja/dok)

JOGJA—Semangat proklamasi belakangan ini justru menyempit, mengkristal dalam kelompok. Politik identitas suku, daerah dan agama mudah menguat sehingga memunculkan radikalisme keagamaan dan primodialisme etnisitas.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Demikian pidato sambutan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam upacara peringatan Detik Detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-67, yang dibacakan Sekretaris Daerah, Ichsanuri di Kompleks Kepatihan, Jumat (17/8).

“Jika kemajemukan tidak berhasil disinergikan menjadi modal sosial, dikhawatirkan akan mengancam stabilitas dan eksistensi republik,” terangnya.

Ia mengajak agar semangat proklamasi dapat kembali seperti cita-cita semula, yakni proklamasi yang memiliki jiwa merdeka dan keikhlasan untuk berkorban dengan tekad bersatu.

Gambaran ajakan gubernur tersebut terangkum dalam tema proklamasi kemerdekaan RI ke-67 Kita Bekerja Keras untuk Kemajuan Bersama, Kita Tingkatkan Pemerataan hasil-hasil Pembangunan untuk Keadilan Sosial Bagi Seluruh Bangsa Indonesia.

Sultan mengikuti upacara di Istana Kepresidenan Gedung Agung. Sultan bertindak sebagai inspektur upacara sementara Teks Proklamasi dibacakan Ketua DPRD DIY, Yoeke Indra Agung Laksana.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya