SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X memberikan sambutan saat acara Syawalan di Bangsal Sewoko Projo, Kecamatan Wonosari, Kamis (13/7/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Gubernur DIY meminta agar ruang-ruang yang berada di pantai tetap menjadi milik publik.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Fungsi ruang publik di sejumlah objek wisata pantai semakin tergeser seiring dengan pesatnya perkembangan objek wisata pantai di Gunungkidul. Gubernur DIY meminta agar ruang-ruang yang berada di pantai tetap menjadi milik publik.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengatakan agar DIY, khususnya Gunungkidul tetap memiliki daya saing wisata, maka pengembangan wisata harus mengedepankan pelayanan.

Wisata yang datang ke pantai misalnya harus mendapatkan ruang publik yang nyaman. Jangan sampai wisatawan malah terganggu dengan semakin banyaknya bangunan yang didirikan oleh para pedagang.

“Ruang-ruang pantai itu harus tetap menjadi milik publik. Jangan dibangun rumah makan. Ruang-ruang seperti itu di 100 meter sampai 150 meter dari pantai itu harusnya kosong. Bahwa pantai itu adalah milik publik, jangan sampai dikuasai pedagang,” kata dia saat hadir dalam acara syawalan di Bangsal Sewoko Projo, Kamis (13/7/2017).

Selama ini menurutnya masih banyak pedagang yang nekat berjualan dan tetap bertahan di area bibir pantai meskipun kerap terjadi air pasang. Dengan adanya sejumlah bangunan itu dapat mengganggu kenyaman wisatawan. Pasalnya wisatawan yang datang memang untuk menikmati suasana pantai. Bukan malah untuk datang ke rumah makan.

Oleh sebab itu Sultan meminta agar para birokrat yang ada di daerah melakukan sosialisasi.

“Silahkan bagaimana caranya itu [sosialisasi] bisa dilakukan. Nanti masalah itu adalah statusnya tanah Sultan Ground (SG) itu bisa diatur, yang penting jangan diperjualbelikan. Karena saya kan juga tahu [jual beli tanah SG] itu ada, tapi ya menjaga rasa saja,” ujarnya.

Menurutnya demi kepentingan pertumbuhan di Gunungkidul harus mengesampingkan hak kepemilikan terlebih dahulu. Yang lebih utama adalah kebersamaan untuk membangun agar dapat dinikmati lebih banyak warga.

“Kalau Gunungkidul memang harus tumbuh jangan bicara ini milikku, ini milikkmu, ini bagianmu. Tapi bagaimana kebersamaan untuk membangun itu dinikmati lebih banyak warga. Bagi saya itu yang harus kita lakukan. Jadi saya mohon aspirasinya dari gunungkidul untuk saya bisa mengisi program pengembangan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya