Jogja
Jumat, 6 Februari 2009 - 08:54 WIB

Suratmo, nakhoda gethek Sungai Progo

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL: Kurangnya infrastruktur jembatan antara dua wilayah Bantul dan
Kulonprogo coba dimanfaatkan untuk mengais rezeki. Jasa penyeberangan
dengan perahu kecil antara Lendah, Kulonprogo dan Pajangan, Bantul,
yang melintasi sungai dengan lebar 100 meter cukup membantu warga
sekitar.

Alat penyeberangan yang digunakan bisa dibilang sederhana. Perahu atau lebih tepatnya disebut gethek itu terbuat dari dua perahu besi dan disambung dengan bambu sebagai dek, dan merupakan satu-satunya transportasi yang murah sekaligus cepat. Dengan hanya membayar Rp1.000 untuk sekali jalan. Transportasi itu bisa di bilang cepat dan efiesien, mengingat untuk menyeberang melewati jalan Raya Utama Wates dibutuhkan waktu tempuh kurang lebih setengah jam dengan jarak 7-14 Km dari rumah mereka.

Advertisement

Sayangnya hujan dan banjir seringkali menjadi kendala utama operator penyeberangan itu. “Saya tidak bisa memaksakan diri untuk melintasi sungai jika banjir guna menyeberangkan penumpang. Tentu saja karena takut derasnya dan besarnya arus sungai, selain itu kebanyakan kawat penghubung yang kami gunakan sebagai titian banyak putusnya. Jadi tidak hanya kami yang merugi penumpang juga banyak yang menempuh jarak yang lebih jauh lagi,” jelas Suratmo (34) penarik perahu di wilayah Mingiran, Sendangsari, Pajangan. Hanya, berdasarkan pengalaman, kata Suratmo tidak akan berlangsung lama, karena biasanya banjir datang bersamaan dengan hujan lebat dan tidak terjadi seharian. Selama 18 tahun menjadi nakhoda gethek, banjir besar kebanyakan datang di malam hari dan esok paginya sudah surut serta bisa dilalui.

Suratmo mengaku optimistis perahu penyeberangan yang dia kemudikan bersama satu temannya lagi bernama Langgeng akan tetap dibutuhkan masyarakat. “Selama tidak ada jembatan besar yang menghubungkan dua wilayah ini, kami yakin bahwa banyak orang yang masih membutuhkan,” jelasnya. Terlebih lagi untuk anak-anak sekolah, keberadaan perahu penyebrangan itu sangat dibutuhkan di pagi maupun siang hari. Bayangkan dengan sepeda mereka harus berjalan berkilo meter dan membutuhkan waktu yang lama. Itu belum yang jalan kaki karena angkutan jarang ada yang melintas. Tidak hanya anak sekolah saja, pekerja lebih memilih menggunakan jasa perahu ini untuk menunjang aktifi tasnya. Dalam sehari, jika kondisi normal Suratmo bisa mendapatkan kurang lebih Rp250.000.

Rupika warga Ngetek, Lendah yang setiap pagi dan siang harus mengantar jemput putri kecilnya yang bersekolah di sebuah sekolah luar biasa di Pajangan selalu menggunakan jasa Suratmo. “Jika tidak ada perahu ini, saya tidak bisa membayangkan berapa banyak waktu dan biaya yang harus saya kelurkan karena harus memutar dengan jarak dari rumah mencapai 7 Km. Dengan menggunakan jasa perahu ini, saya hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit untuk sampai di seberang,” kata Rupika.

Advertisement

Hal yang sama dikatakan Warsito. “Akhirnya memang hujan yang mengakibatkan banjir besar pula yang memaksa saya harus berjalan memutar menjadi halangan bagi saya. Namun jika memang bisa dilalui dan si penarik merasa bisa, kenapa tidak menyeberang,” jelasnya singkat.(Kukuh Setyono)

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif