Jogja
Selasa, 30 Desember 2014 - 07:40 WIB

TAHUN BARU 2015 : Omzet Penjual Terompet Tahun Lalu Rp20 Juta, Sekarang Cuma Rp10 Juta

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Basir memajang terompet buatannya di depan rumahnya di Dusun Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Sabtu (27/12/2014). (Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)

Tahun baru 2015 ini dikeluhkan oleh penjual terompet karena pendapatan mereka turun dari tahun lalu Rp20 juta sekarang menjadi Rp10 juta

Harianjogja.com, SLEMAN—Omzet pembuat terompet untuk perayaan pergantian tahun mengalami penurunan hingga 50%. Berkurangnya permintaan dan pesanan terompet dari kalangan pengusaha perhotelan disebut sebagai penyebab utama.

Advertisement

Basir, pembuat terompet di Dusun Glondong, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan mengungkapkan, jumlah pesanan terompet yang diterima tahun ini jauh lebih sedikit dibandingkan 2013 lalu.
“Pesanan dari hotel cuma sedikit, mungkin cuma setengahnya dibanding tahun lalu,” kata Basir, di sela-sela kesibukannya membuat terompet, Sabtu (27/12/2014).

Basir memaparkan, sebelumnya pesanan dari kalangan pengusaha hotel mencapai 1.000 hingga 2.000 buah. Namun, tahun ini hanya sekitar 200 hingga 750 buah.

“Tahun kemarin awal Desember sudah ada yang pesan, kadang malah sejak sebelum Desember,” ucap pria berusia 42 tahun tersebut.

Advertisement

Omzet Basir tahun lalu bahkan bisa mencapai Rp20 juta. Namun, tahun ini diperkirakan hanya Rp10 juta.

“Mudah-mudahan menjelang akhir tahun ada pesanan lagi atau terompet ecerannya lebih laku,” katanya.

Menurut Basir, para penjual terompet eceran di pinggir jalan juga banyak yang mengaku sepi pembeli.

Advertisement

“Saya sempat survei ke Jogja, tapi yang jualan di pinggir jalan juga tidak sebanyak dulu. Mungkin karena malam tahun baru sering hujan. Banyak pedagang yang pikir-pikir mau jualan terompet,” ungkap Basir yang sehari-hari berjualan bakso bakar keliling.

Penurunan omzet juga dialami Yati, pembuat terompet lain di Dusun Glondong. “Modalnya sudah balik, tapi untungnya tidak sebanyak tahun lalu. Tahun lalu saya bisa bikin terompet pendek sampai 8.000 buah, sekarang cuma 3.000 buah,” kata ibu satu anak berusia 35 tahun tersebut.

Basir dan Yati sama-sama menjual terompet eceran di rumahnya. Dia memajang terompet buatannya di depan rumah. Harganya pun lebih murah dibanding penjual eceran di pinggir jalan.

“Tapi harganya tetap naik. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat harga bahan baku terompetnya naik juga. Terompet pendek kecil sekarang Rp7.000, bentuk naga Rp12.000, kupu-kupu Rp10.000, kalau yang biasa cuma Rp4.000,” papar Yati.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif