SOLOPOS.COM - Ilustras/dok

Ilustras/dok

Pemilu 2014 sudah semakin dekat. Partai-partai pun juga mulai bersiap menyongsong pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Komisi Pemilihan Umum pun juga sudah memutuskan hanya ada 10 partai yang bisa ikut pemilu 2014. Bahkan nomor urut partai pun sudah diundi, Senin (14/1/2013).

Setelah pasti partai apa saja yang akan ikut pemilu maka yang patut ditunggu adalah penyusunan daftar calon legeslatif (caleg). Meski penentuan caleg belum dilakukan tetapi kasak-kusuk untuk bisa menjadi caleg sebenarnya sudah ramai terdengan sejak tahun lalu.
Seperti biasa, dalam kondisi seperti ini akan mudah dijumpai adanya politisi kutu loncat. Sejumlah publik figur pun dipastikan bakal meramaikan pesta demokrasi tahun depan.

Sehingga, masa penyusunan caleg saat ini dimanfaatkan betul oleh para politisi. Tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota termasuk di DIY.

Akibatnya, kader partai yang merasa partainya tak lagi menjanjikan memilih mundur. Mereka kemudian mencari ‘rumah’ baru agar tetap bisa menjadi caleg dan pada akhirnya bisa menjadi wakil rakyat.

Selain itu, salah satu fenomena yang terjadi di DIY adalah munculnya kepala desa yang ikut berpolitik dengan menjadi caleg. Ada beberapa alasan mereka terjun ke politik, dan tentunya alasan idealislah yang dikedepankan, yaitu  untuk memperjuangkan daerahnya.

Memang seorang kepala desa sebenarnya sudah teruji bahwa mereka bisa membawa massa yang banyak karena mereka yang punya suara terbanyak yang bisa terpilih jadi kepala desa.
Tetapi apapun alasannya, sebenarnya mulai kelihatan bahwa kekuasaan memang menggiurkan. Apalagi hampir setiap hari kita dijejali dengan informasi tentang enaknya menjadi anggota dewan. Mulai soal gaji hingga soal kunjungan kerja luar kota bahkan luar negeri.
Gayung bersambut. Pola pemilu yang mengandalkan suara terbanyak, membuat partai pun dengan senang hati akan menerima kader kutu loncat ini agar partainya bisa meraih suara terbanyak.

Kondisi seperti ini bisa jadi karena partai tidak bisa melakukan kaderisasi dengan baik sehingga mereka memilih kader kutu loncat. Kalaupun harus memilih kader kutu loncat, partai harus benar-benar melakukan seleksi, terutama track record mereka. Pilih yang benar-benar bersih dan memperjuangkan rakayt.

Di sisi lain, harusnya partai mulai melakukan pengkaderan sehingga mereka yang terpilih adalah orang-orang yang benar-benar terbaik, orang-orang yang benar-benar akan memperjuangkan nasib rakyat. Selain bisa melakukan pendidikan ideologis dengan mengandalkan kader sendiri maka partai memiliki rekam jejak anggotanya sehingga bisa memilih yang benar-benar terbaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya