Jogja
Jumat, 22 Maret 2013 - 09:51 WIB

TAJUK: Tragedi yang Tak Perlu Terjadi

Redaksi Solopos.com  /  Esdras Ginting  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Evakuasi korban/dok

Evakuasi korban/dok

Tragedi tewasnya peserta program pendidikan dasar speleologi di Gua Serpeng atau Gua Seropan II, Dusun Serpeng, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu membukakan mata semua orang. Kejadian ini menjadi evaluasi dalam huruf besar dan tebal, baik bagi penyelenggara maupun bagi semua yang ingin melakukan susur gua.

Advertisement

Selasa (19/3) lalu 24 orang penelusur gua dari Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (Hikespi) yang sedang melakukan pendidikan dan latihan caving terjebak di Gua Seropan II. Tiga orang meninggal akibat kejadian itu.

Mereka masuk dalam dua yang berkarakter gua vertikal. Saat hujan deras mengguyur, air dari hulu gua berdebit tinggi mulai membanjiri mulut gua. 18 Orang berhasil menyelamatkan diri sebelum banjir datang, enam lainnya terjebak.

Ketua Pelaksana Diklat Caving Hikespi, Cahyo Alkantana menyebut berusaha mengevakuasi para korban yang terjebak. Namun karena aliran air di dalam gua begitu deras, tim penyelamat tak bisa langsung masuk mengevakuasi korban. Mereka harus menunggu hingga air surut.

Advertisement

Cahyo juga menyebut mengaku siap bertanggung jawab atas musibah yang terjadi.
Menurut Cahyo, pihaknya sebenarnya sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan matang, tetapi ternyata terjadi musibah yang melibatkan faktor alam.

Ia yang juga menjabat sebagai Presiden Hikespi mengatakan mohon maaf kepada seluruh pihak karena peristiwa yang menelan korban jiwa dari peserta pendidikan dasar. Cahyo menyebut sebagai kekhilafan, kecerobohan dan kesalahan.

Beberapa orang menyebut kegiatan yang dilakukan Hikespi tidak mengantongi izin pelaksanaan kegiatan yang jelas. Bahkan warga setempat yang rumahnya dijadikan lokasi basecamp pun mengaku tidak mengetahui latar belakang kegiatan itu.

Advertisement

Tragedi ini bukan pertama kali terjadi di Gunungkidul. Dalam kurun waktu sebulan terakhir ini adalah kejadian kedua. Para pengamat gua menyebut susur gua vertikal dengan aliran sungai tidak seharusnya dilakukan di musim hujan. Standar keselamatan itu seharusnya sudah diketahui oleh pihak Hikespi. Terlebih mereka menggelar pendidikan dasar.

Apa yang disebut sebagai kekhilafan oleh Presiden Hikespi semestinya bisa dicegah. Sebab alam bisa diperkirakan. Terlebih semua tahu musim hujan belum lagi berakhir. Kejadian ini juga menyisakan pelajaran berharga bagi semua penelusur gua.

Juga menjadi pengingat bahwa gua yang dikelola sebagai tempat wisata harus menyiapkan standar penyelamatan yang baik. Semua tahu, Gunungkidul kaya akan potensi wisata alam terutama wisata minat khusus seperti susur gua. Tentu semua tak ingin kejadian seperti ini menodai potensi itu. Keselamatan dan pengamatan cermat terhadap gejala alam menjadi hal yang harus diutamakan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif