SOLOPOS.COM - Kardiono di depan rumah orang tuanya yang rusak berat di RT 04 Dusun Sungapan, Desa Sriharjo, Imogiri, Rahul (27/12/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Rumah salah satu warga di tepi kali Opak, Bantul ambrol akibat Badai Cempaka beberapa waktu lalu hingga kini belum mendapatkan perhatian

 
Harianjogja.com, BANTUL– Rumah salah satu warga di tepi kali Opak, Bantul ambrol akibat Badai Cempaka beberapa waktu lalu hingga kini belum mendapatkan perhatian.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Baca juga : Miris, Marsudi Bertahan di Rumah yang Rusak Diterjang Banjir Kali Opak

Dukuh Sungapan, Imogiri Bantul, Warsono membenarkan kondisi rumah salah satu warganya yakni Marsudi Suprapto, 75, hingga kini masih memperihatikan.

Menurutnya sejauh ini di wilayahnya belum ada bantuan berupa material untuk perbaikan kerusakan tempat tinggal. Pasca bencana akibat siklon tropis Cempaka itu, bantuan yang masuk baru berupa logistik.

Padahal beberapa warga yang menjadi korban banjir saat ini sangat membutuhkan bantuan berupa material bangunan. “Belum ada bantuan, masih terbengkalai,” ucapnya, Rabu (27/12/2017).

Secara keseluruhan di Pedukuhan Sungapan terdapat lima rumah rusak ringan dan satu rumah rusak berat akibat banjir. Bahkan dari warganya yang berjumlah 455 jiwa, terdapat korban luka patah tulang satu orang dan satu orang meninggal dunia.

Aliran air di dusun yang berada di sisi utara pertemuan aliran Sungai Oya dan Sungai Opak itu sangat deras, sehingga gerusannya menyebabkan banyak kerusakan di wilayahnya. “Warga belum ada rencana kerja bakti karena sebagian masih ngurus rumahnya,” katanya.

Anak Marsudi, Kardiono membenarkan hal tersebut. Menurutnya meskipun sudah dibujuk untuk tinggal bersamanya, Marsudi tetap menolak pindah. Kini ia masih kebingungan untuk mengusahakan perbaikan rumah tersebut karena kerusakannya cukup parah.

Tanah yang ambles harus dipadatkan dahulu sebelum rumah di atasnya dibangun kembali. Belum lagi ambles berpotensi meluas jika hujan lebat turun kembali.

“Ini belum bisa diapa-apakan meskipun atapnya hancur. Kalau disingkirkan rumah yang dalam bisa tambah ambrol karena tidak ada tutupnya sama sekali,” imbuhnya.

Bahkan dua pohon kelapa yang berada di dekat rumah terpaksa ditebang karena dikhawatirkan dapat ambruk ke rumah jika terjadi hujan bercampur angin. Apalagi hingga beberapa bulan ke depan, BMKG memprediksi cuaca ekstrim masih akan terjadi.

Kardiono mengaku saat di pengungsian, Marsudi dan keluarga sudah mendapatkan bantuan logistik. Namun terkait perbaikan rumah yang rusak, ia menyebut belum memperolehnya sama sekali.

Bahkan belum ada petugas dari pihak-pihak terkait yang melakukan survey atau pendataan ke rumah yang kondisinya mengkhawatirkan tersebut.

Oleh sebab itu, pihaknya hanya bisa mengusahakan perbaikan sedikit demi sedikit sesuai kemampuan finansialnya. “Saya sudah bilang ke Bapak, mboko sithik (sedikit demi sedikit). Nanti kalau sudah ada bantuan baru diperbaiki semua,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya