SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Tidak tersedianya panti sosial di Bantul membuat pembinaan anak jalanan, gelandangan dan pengamen yang terjaring razia tak maksimal.

Lembaga Hafara yang selama ini jadi tempat rujukan Pemkab Bantul dalam melakukan pembinaan dari hasil razia juga mengaku menemui kendala karena tidak tersedianya tenaga ahli dan kurangnya dana operasional.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Ketidakmaksimalan itu diakui Kepala Seksi Kepala Seksi Rehabilitasi Napza dan Tuna Susila Dinso Bantul, Arfin Munajah. Dia  mengatakan, selama ini setelah razia bersama dilakukan Satpol PP, anjal ataupun gepeng kemudian diserahkan kapada lembaga sosial Hafara.

Namun menurutnya, pembinaan di Hafara masih belum dapat dilakukan optimal. Karena selain pembinaan hanya dilakukan selama tiga hari, juga disebabkan kurang meratanya kemampuan para relawan dalam melakukan pembinaan.

“Berbeda jika Bantul memiliki panti sosial sendiri. Pembinaan dapat dilakukan tenaga-tenaga ahli yang sebelumnya telah kami latih,” jelas Arfin belum lama ini kepada Harian Jogja.

Menurutnya, usulan kebutuhan panti itu sudah pernah dikomunikasikan kepada DPRD Bantul, tapi masih bersifat informal. ”Sejujurnya, kami sangat memerlukan panti sosial,” katanya.

Terpisah, snggota Komisi D DPRD Bantul, Jupriyanto mengatakan, perlu ada penjelasan detail terkait usulan panti itu. “Argumentasinya apa serta data-data terkait dengan rencana  pembentukan panti sosial. Kecuali kalau memang sekadar menerima tugas dari kementerian termasuk anggarannya, kalau seperti itu sederhana saja, tinggal dilaksanakan,” jelasnya.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya