SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tambak udang Bantul akan direlokasi

Harianjogja.com, JOGJA – Pemerintah Daerah DIY akan merelokasi tambak udang di wilayah Bantul. Areal tambak udang akan dilokalisasi di satu titik untuk menjadi sebuah areal tambak udang terpadu.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Suwarman Partosuwiryo Selasa (19/4/2016) mengatakan Pemda DIY sudah merencanakan penataan tambak udang di beberapa lokasi di pesisir pantai selatan DIY. Saat ini tambak udang di wilayah Bantul sedang menjadi fokus utama.

Untuk tahap awal, relokasi akan dilakukan terhadap tambak udang di daerah Wonoroto. Di daerah ini, 45 hektare tambak udang akan ditutup dan dipindahkan ke dusun Ngepet, desa Tegalrejo Srigading. Pemda menargetkan membuka lahan seluas 111 hektar untuk area khusus tambak udang.

“Harus direlokasi karena peruntukan lahan di pesisir selatan ada yang untuk pembangkit listrik, industri serta kawasan konservasi gumuk pasir,” kata dia.

Lahan tambak udang seluas 111 hektare itu akan ditempati sekitar 298 petambak udang yang sekarang beroperasi di Bantul. Mereka akan membudidayakan udang jenis Vaname. Jenis udang itu biasa dijual seharga Rp 40.000-50.000 per kg. DKP memperkirakan dalam setiap 1000 meter persegi tambak berpotensi menghasilkan udang sebanyak 150 ton dalam jangka waktu 60 hari hingga 70 hari.

Meski demikian, Suwarman mengatakan perlu penanganan intensif untuk mencapai hasil itu. Saat ini petambak di Bantul rata-rata menghasilkan udang sekitar 30 ton hingga 60 ton sekali panen. Namun dengan lokasi yang terpusat dan lahan yang lebih luas, dia yakin kesejahteraan warga petambak akan semakin membaik.

“Kita tahu untuk udang prospeknya luar biasa apalagi harganya seadng tinggi, jadi petambak betul-betul bisa meraskan peningkatan pendapatan,” tutur Suwarman.

Untuk progres relokasi, 2015 lalu DKP sudah menyelesaikan masterplan dan kelayakan areal tambak udang baru. Tahun ini mereka akan meneruskan menggarap dokumen tentang Detail engineering Design (DED) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Meskipun demikian, Suwarman pesimir seluruh proses ini bisa dituntaskan tahun ini dan para petambak bisa mulai emanfaatkan areal baru.

“Sambil menunggu sekarang tetap harus di lokasi lama dulu. Lokasi lama sebenarnya kita sudah hampir selesai dokumennya, tapi kan ada penataan tata ruang baru yang harus diikuti, yadi ya mulai dari nol lagi,” imbuh dia.

Sementara, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) KPH Wironegoro mengatakan saat ini potensi laut DIY baru sekitar 10% yang tereksplorasi. Sisanya masih diperlukan upaya dari DKP dan Pemerintah setempat untuk membantu masyarakat memaksimalkan potensinya.

Dia pun menilai bila sektor perairan DIY bisa dimaksimalkan maka akan ada potensi besar dari pendapatan hasil laut DIY.

“Apalagi kita sekarang sedang berencana membuat DIY emnghadap selatan. Dua pelabuhan ikan juga sedang dikembangkan di Gunungkidul dan Kulonprogo,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya