Jogja
Kamis, 30 Oktober 2014 - 01:20 WIB

Tambak Udang di Kulonprogo Belum Ditarik Retribusi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tambak udang di Galur Kulonprogo. (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Prospek tambak udang di wilayah pesisir Kulonprogo berpeluang menarik pasar yang menjanjikan.

Bisnis tersebut memiliki potensi besar untuk menambah pendapatan asli daerah (PAD) selama Pemerintah Kabupaten bisa memfasilitasi dan membina petani tambak.

Advertisement

Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kulonprogo Muhtarom mengungkapkan selama ini petambak udang di kawasan pesisir masih mengupayakan sendiri pengelolaan dan pengembangan usaha.

Padahal, tambak udang asal Kulonprogo cukup banyak dilirik pasar. Kualitas udang yang dihasilkan juga dinilai sangat baik oleh sebagian besar pedagang.

“Pemkab perlu untuk kembali menata kawasan tambak atau bila perlu mengembangkan di wilayah-wilayah yang potensial tanpa mengganggu tata ruangn,” ucap Muhtarom, Selasa (28/10/2014).

Advertisement

Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kulonprogo Eko Purwanto mengatakan belum ada penarikan retribusi dari tambak udang karena dalam peraturan daerah DIY telah diatur mengenai luasan kawasan tambak. Tambak udang yang memiliki luas kurang dari lima hektare cukup mencatatkan izin usaha saja.

“Aturan penarikan retribusi tidak ada karena rata-rata tambak yang ada di pesisir milik perorangan dan jumlahnya kurang dari satu hektare. Dalam satu petak paling hanya 2.000 meter persegi sampai 2.500 meter persegi,” papar Eko.

Dia menegaskan meski retribusi tidak ditarik, usaha masyarakat tersebut secara tidak langsung sudah mendukung perekonomian daerah.

Advertisement

Hasil budi daya udang vaname di pesisir pantai selatan Kulonprogo telah mendatangkan keuntungan besar bagi masyarakat. Maka ada peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Apabila dari luasan 2.000 meter persegi dapat menghasilkan kurang lebih tiga ton udang, nilai investasi yang ditanamkan petambak bisa mencapai Rp130 juta dan biaya operasional sekitar Rp60 juta.

“Paling tidak saat panen, petambak bisa meraup untung banyak. Satu kolam bisa menghasilkan sekitar Rp300 juta. Dikurangi modal dan operasional, untung yang diperoleh masih cukup besar,” ucap Eko.

Kawasan peruntukan tambak berada di dua desa, yakni Banaran di Kecamatan Galur dan Jangkaran di Kecamatan Temon. Di Banaran setidaknya ada 100 kepala keluarga yang menjadi petambak udang dengan jumlah kolam mencapai 100 kolam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif