SOLOPOS.COM - TAMBANG—Aktivitas salah satu penambang emas di Kokap, Kulonprogo (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

TAMBANG—Aktivitas salah satu penambang emas di Kokap, Kulonprogo (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Tidak ada satupun yang tahu, siapa yang menjadi penemu emas pertama di Kokap yang mencapai luas sekitar 25 hektare. Penambangan emas itu dilakukan secara turun-temurun dan dalam jangka waktu lama.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Semua berawal dari penambangan bahan batuan yang berguna sebagai bahan campuran lumpur pengeboran minyak, sekitar 1970-an.

Satu dekade kemudian, sekitar 1987, PT. Aneka Tambang (Antam) mensurvei daerah tersebut dan mematok lokasi urat emas di perbukitan Kokap tersebut. “Tapi setelah itu mereka pergi karena kandungan emasnya tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi,” ujar Noned, warga Hagorejo, akhir pekan lalu.

Seusai kepergian Antam, muncul sebuah perusahaan penambangan kecil-kecilan, CV Lempar Bumi asal Tasikmalaya, Jawa Barat yang melakukan penambangan di wilayah Sangon, sekitar awal 1990-an. Tapi penambangan itu juga tidak berlangsung lama karena tidak berizin.

Setelah kepergian CV tersebut, ramai-ramai warga di dua desa  mulai menambang, tepatnya sebelum krisis moneter, yakni 1996. Pada dekade itulah mereka mencicipi manisnya emas yang memberikan kontribusi peningkatan pendapatan.

Di wilayah Plampang II, setelah terjadi booming tambang emas di Dusun Sangon, Seno, warga setempat kemudian melakukan survei sendiri dan berhasil menemukan urat emas di daerah tersebut.

Saat itu, sebelum melakukan survei, pernah ada salah seorang rekannya, mahasiswa penambangan melakukan penelitian skripsi di sungai kecil yang mengalir di tengah dusun tersebut. Dari hasil penelitian, daerah tersebut juga mengandung emas

Sejak satu dekade silam, menurut Noned,46, warga setempat hanya menggali seadanya, tanpa memiliki pengetahuan yang memadai soal penambangan. Soal semangat bekerja pun menurut Noned tidak terlalu gigih. “Yang ulet dan terampil soal penambangan emas kebanyakan orang Tasikmalaya. Rata-rata penambangan emas yang masih aktif di sini menggunakan tenaga kerja dari sana,” lanjut dia.

Noned juga menuturkan  pada dekade 1999 hingga 2001, hampir setiap rumah tangga di desa tersebut memiliki lubang galian.

Akan tetapi, setelah terus-menerus dikuras, urat emas di permukaan perlahan mulai menipis sehingga untuk mendapatkan hasil lebih banyak harus menggali lebih dalam lagi. Saat lagi jaya-jayanya, Noned pernah mendapatkan 15 kilogram emas yang dirupiahkan setara dengan Rp3 miliar.

Selain orang Tasikmalaya, ada juga penambang dari Purwokerto, tapi jumlah mereka tidak banyak karena menempati dua titik penambangan di wilayah Plampang III. Sama seperti orang Tasikmalaya, mereka juga terkenal sudah berpengalaman menggeluti dunia tambang emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya