Jogja
Kamis, 4 Desember 2014 - 01:20 WIB

TANAH LONGSOR : 54 Desa di Gunungkidul Rawan Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok Harian Jogja)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY memetakan 31 kecamatan di wilayah DIY yang berpotensi longsor. Mayoritas, daerah-daerah tersebut terletak di dua kabupaten, yakni Gunungkidul dan Kulonprogo.

Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi mengatakan, penetapan status rawan longsor sudah melalui pengkajian yang mendalam. Pemetaan dilakukan berdasarkan kondisi geografis di wilayah masing-masing, serta potensi bencana longsor yang terjadi selama ini.

Advertisement

“Kalau berdasarkan pemetaan, Gunungkidul dan Kulonprogo merupakan daerah yang paling rawan. Namun, daerah lain harus tetap waspada,” kata Gatot di sela-sela simulasi bencana tanah longsor di Desa Natah, Kecamatan Nglipar, Selasa (2/12/2014).

Gatot menambahkan, 31 kecamatan yang berpotensi longsor, enam di antaranya berada di Gunungkidul, di antaranya Kecamatan Nglipar, Gedangsari, Semin, Patuk, Ngawen dan sebagian di wilayah Kecamatan Ponjong. Sementara, kalau ditelisik lebih rinci lagi di Gunungkidul ada 54 desa yang berpotensi terjadi longsor.

“Kalau ditotal secara keseluruhan, di wilayah DIY ada 301 desa yang berpotensi bencana. Bencana tersebut mulai dari longsor,banjir, tsunami, banjir lahar sampai hembusan awan panas merapi,” papar dia.

Advertisement

Menurut dia, memasuki musim hujan warga yang berada di zona merah harus terus waspada. Antisipasi bisa dilakukan dengan membentuk desa siaga bencana. Harapannya, masyarakat bisa mengerti sehingga saat terjadi bencana korban bisa ditekan seminimal mungkin.

“Simulasi bencana yang digelar salah satunya untuk memberikan pemahaman kepada warga. Jadi, masyarakat tak perlu panik saat bencana datang,” ungkap dia.

Sementara itu, Kepala Seksi Logistik dan Kebencanaan BPBD Gunungkidul Sutaryono meminta warga di zona rawan untuk terus berhati-hati dan waspada. Sebab, hujan yang makin meningkat intensitasnya akhir-akhir ini membuat ancaman longsor semakin besar.

Advertisement

Dia menjelaskan, simulasi dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap longsor. Apalagi Desa Natah masuk dalam salah satu desa yang berpotensi terjadi longsor.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif