Jogja
Jumat, 4 Maret 2016 - 15:19 WIB

TANAH LONGSOR : Warga Sambirejo Kini Tahu Apa yang Harus Dilakukan saat Tiba-tiba Tanah Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga menangani korban longsor dalam simulasi bencana yang digelar di Taman Tebing Breksi, Sambirejo, Prambanan, Kamis (3/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Tanah longsor menjadi ancaman bagi warga yang tinggal di Sambirejo Prambanan Sleman

Harianjogja.com, SLEMAN- Dua rumah warga Sambirejo, Prambanan, tertimbun tanah longsor Kamis (3/3/2016). Akibatnya, dua orang penghuni rumah tersebut mengalami luka parah karena tertimbun bebatuan dan tanah longsor. Beruntung, mereka berhasil dievakuasi warga meskipun memakan waktu cukup lama. Itulah bagian dari simulasi penanganan bencana yang dilakukan masyarakat.

Advertisement

Kesiapsiagaan masyarakat Sambirejo, Prambanan menghadapi bencana tanah longsor bukan tanpa alasan. Tahun lalu, warga Dusun Nglengkong, Sambirejo, Prambanan, dikejutkan dengan datangnya bencana longsor di wilayah itu.

Saat itu, tiga rumah warga tertimbun longsoran perbukitan Nglengkong. Harta benda sebagian warga pun lenyap begitu saja akibat longsor. Pasca kejadian itu, rasa was-was terus melanda warga karena musim hujan belum usai.

Kondisi yang sama juga tidak jauh berbeda dengan tahun ini. Warga yang tinggal di perbukitan Sambirejo masih dihantui kejadian setahun lalu. Agar tidak dihinggapi rasa takut dan kalut saat longsor benar-benar terjadi, wargapun dilatih untuk siap siaga menghadapinya melalui gladi lapang penanganan bencana. Hasilnya pun cukup memberikan efek positif bagi mereka.

Advertisement

Setidaknya, manakala alat Early Warning Sistem (EWS) berbunyi atau saat bencana muncul warga sudah bisa berbuat sesuatu dan menanganinya. Seperti yang terlihat selama simulasi bencana yang digelar, Kamis (3/3/2016).

Dua korban yang tertimbun tanah dan bebatuan tersebut mengalami luka parah, coba diselamatkan warga. Warga dilatih menangani korban patah kaki dan tangan lamanya evakuasi. Bagaimana mereka mengevakuasi korban dengan menggunakan alat manual.

Sigap dan tanggap. Pesan itu yang tersurat dari simulasi yang dilakukan warga tersebut. Bukan justru kepanikan dan kebingunan saat bencana datang. Tidak hanya bagi warga Sambirejo tetapi semua wilayah yang memiliki potensi bencana. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY terdapat 12 potensi ancaman bencana di wilayah DIY.

Advertisement

“Dari 438 desa di DIY, sebanyak 301 desa merupakan desa rawan bencana, tak kecuali di wilayah Sleman,” tutur Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Heri Siswanto.

Pelaksanaan gladi lapang tersebut merupakan salah satu upaya untuk membentuk masyarakat yang siap dan siaga akan bencana. Dengan gladi lapang itu, korban jiwa akibat longsor dapat diantisipasi karena mereka mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan saat kondisi darurat. Bertindak dalam situasi kalut, tentu saja harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan.

“Gladi lapang ini menjadi sarana yang efektif untuk membekali masyarakat, tidak panik bila terjadi bencana. Makanya, meski latihan tetap harus dilakukan sungguh-sungguh,” kata Kepala BPBD Sleman Yulisetiono Dwiwasito.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif