SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Foto Lapas Cebongan. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com-Berhasil melewati jejal antrean memasuki kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Nyonya Yuwanto belum lega. Ia lalu sibuk mencari tikar bernomor 28. Di tikar itu, Yuwanto sang suami, warga binaan penghuni lapas menunggunya. Berikut ini kisah kunjungan khusus Lebaran di Lapas Cebongan oleh wartawan Harian Jogja, Sunartono.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Sabtu (10/8/2013) pagi adalah kesempatan berharga bagi seluruh keluarga para narapidana atau warga binaan Lapas Cebongan, Sleman. Sebab selama dua hari Lapas Cebongan Sleman memberikan waktu besuk Hari Raya Idulfitri.

Antrean panjang tak hanya karena banyaknya keluarga yang ingin masuk area Lapas, melainkan juga karena prosedur pemeriksaan yang bertahap. Para pembesuk setidaknya harus melewati empat kali pemeriksaan untuk bisa sampai di ruang tunggu dalam lapas.

Ketatnya pemeriksaan ini memang sengaja dilakukan pihak lapas untuk mengantisipasi adanya barang membahayakan seperti narkoba, senjata tajam dan senjata api.

Terlebih berbagai tindak kriminal kerap terjadi di lapas akhir-akhir ini termasuk Lapas Cebongan sendiri pernah menjadi ‘korban’ keganasan pasukan elite negeri ini.

Sesampai di dalam, pihak lapas menyediakan satu aula dan satu tenda ukuran besar di halaman tengah untuk memfasilitasi warga binaan dan pembesuk. Mereka duduk secara lesehan dengan memakai tikar. Tiap tikar ada nomor tersendiri dengan tulisan nomor 1 sampai dengan 40. Di tikar-tikar bernomor itulah secara bergantian kloter keluarga warga binaan memanfaatkan waktu bertemu.
Tak lama berkeliling, Nyonya Yuwanto berserta dua anaknya yang berusia 16 dan 10 tahun akhirnya menemukan tikar suaminya. Di tenda halaman tengah Lapas Cebongan. Keempatnya larut dalam rindu, Yuwanto berkali-kali mengecup kening istrinya.

Pecah tangis pun keluar dari kelopak mata keduanya. Tangis itu keluar karena rasa keduanya yang selalu ingin bersama namun sejak beberapa bulan terakhir harus kandas karena kecerobahan Yuwanto.

Yuwanto harus mempertanggungjawabkan tindakannya melakukan tindak pidana perjudian. Ia dijerat dengan pasal 303 KUHP dan kini proses hukum berjalan pada tingkat dakwaan.

Mengenakan peci hitam dan baju hem perpaduan warna merah hijau khusus seragam lapas, Yuwanto sesengukan. “Menjalani sekitar tiga bulan. Sekarang baru dakwaan. Ingin segera selesai dan keluar [bebas],” ujarnya saat ditemui, Sabtu (10/8/2013) kemarin.

Waktu 20 menit dimanfaatkan keluarga ini dengan baik. Yuwanto berkomunikasi dengan kedua anaknya. Anak keduanya yang masih berumur sekitar 10 tahun pun tak bisa menghilangkan rasa haru.

Saat petugas lapas mengumumkan waktu bertemu tersisa lima menit, keluarga ini semakin intensif berkomunikasi. Saat detik berlalu dan menghabiskan 20 menit mereka harus berpisah, mereka pun kembali mengeluarkan air mata. Terutama anaknya yang berumur 10 tahun tak kuasa menahan tanginya. “Saya paling kangen diajak muter-muter [jalan-jalan] sama bapak,” ujar anak pertama Yuwanto berumur 16 tahun yang lebih tabah saat bertemu bapaknya.

Saat mereka berpisah, istri Yuwanto pun masih terus memandangi suaminya. Bahkan ketika ia mengantre keluar dari ruang portir di dekat gerbang utama, wanita berjilbab itu masih menyorotkan matanya ke arah Yuwanto meski sedikit terhalang teralis besi.

Di celah teralis itu ia memanfaatkan waktu menatap wajah Yuwanto suaminya. Tidak hanya Yuwanto, keluarga lain pun banyak yang menangis saat saling bertemu di Hari Raya Idulftri di dalam lapas.

Banyaknya pembesuk, para petugas lapas pun harus ekstra melakukan penjagaan pembesuk. Tak terkecuali Kasubag Humas dan Ketatausahan, Aris Bimo yang mengawasi secara langsung. Menurut dia, pihak lapas memang memperketat pemeriksaan kepada pembesuk. Bahkan tidak diperkenankan membawa benda cair masuk ke lapas. “Lapas jadi sorotan, banyak kejadian dimana-mana. Memang tahun ini kami memperketat besuk saat lebaran,” terang dia.

Lebaran tahun ini sebanyak lima warga binaan Lapas Cebongan yang mendapatkan remisi bebas. Setiap lebaran, dari jumlah warga binaan di atas 300 orang, 90% di antaranya selalu dikunjungi keluarganya.

Rata-rata yang tidak dikunjungi adalah warga binaan yang berasal dari luar Pulau Jawa. Jumlah warga binaan terdiri dari 328 orang dan overload dari kuota yang seharusnya 163 orang. Mereka terdiri atas tahanan, narapidana pria dan wanita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya