SOLOPOS.COM - Kantor Sekretariat Tagana terlihat sederhana (HARIAN JOGJA/ANDREAS TRI PAMUNGKAS)

Kantor Sekretariat Tagana terlihat sederhana (HARIAN JOGJA/ANDREAS TRI PAMUNGKAS)

Tak ada dana besar bukanlah menjadi penghalang untuk dapat memberikan pengabdian kepada masyarakat.Walaupun hanya ada sedikit dana,mereka dapat menghasilkan lebih.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Inilah setidaknya yang dilakukan oleh para relawan Tagana sejak Desember lalu untuk membangun ruang sekretariat di Kompleks Dinas Sosial.

Kucuran dana yang diberikan Dinsos untuk membangun sekretariat komando dan operasional Tagana dengan luas 4×6 meter persegi hanya sebesar Rp10 juta, tapi mereka tak kehabisan akal untuk dapat mewujudkan gedung yang layak untuk berjaga setiap harinya selama 24 jam.

Lantaran dana tak banyak, Koordinator Administrasi dan Perencanaan Tagana, Dwi Priyanto mengatakan Tagana kemudian mengerahkan segala sumber daya di internal yang ada, mulai dari tenaga pengerjaan dan bahan material gedung.

Untuk membangun gedung itu, Dwijo, sapaan akrabnya mengatakan ada tiga tenaga Tagana yang dikerahkan. “Anggota Tagana yang kebetulan punya keahlian di pertukangan dipekerjakan. Ini sangat mengurangi beban pengeluaran. Hitung saja kalau harus sewa tukang, per hari Rp40.000 untuk satu tukang saja,” kata dia kepada Harian Jogja, Minggu (5/2).

Bahkan, beberapa anggota Tagana lain bahu membahu ikut membantu mengerjakannya. Kendati begitu bukan berarti bangunan kemudian tak layak atau tidak standar.

“Kami konsultasikan dulu ke DPU sebelum dibangun. Sebab itu, jika ada audit tidak dipersoalkan. Bangunan ini pun tahan gempa,” cetus Dwijo.

Sementara untuk bahan material juga tak semuanya harus beli. Menurut Dwijo seperti pasir diperoleh dari bantaran sungai. Daun pintu yang kini terpasang di depan gedung dan samping gedung, hanyalah memanfaatkan pintu bekas.

“Ada daun pintu dari pembongkaran gedung Dinsos yang tidak terpakai dan ternyata masih bisa digunakan,” imbuh dia.
Adapula material lain yang langsung dibeli di rekanan anggota Tagana agar tidak diberi harga mahal.

Hingga Minggu siang kemarin, bangunan itu hampir jadi. Beberapa anggota masih memasang polycarbonate bewarna biru di muka depan bangunan.

Ruang seluas 4×6 meter persegi itu dibagi menjadi ruang utama seluas 4×4 meter persegi, sisanya untuk ruang dapur dan kamar mandi.

Dwijo mengatakan gedung itu ditarget dapat digunakan pada Minggu ini. Kendati sudah dapat ditempati, gedung itu belum tampak sempurna. Pengecatan belum dilakukan dan susunan batako masih nampak dari luar. “Rencananya memang seperti itu saja,karena anggarannnya sudah habis,” kata dia.

Cukup atau tidak ruangan itu, menurut dia harus dicukupkan. Sebab dengan luasan gedung, barang-barang perlengkapan Tagana seperti tenda belum dapat masuk dan dibiarkan ditinggal di gudang sementara Tagana di rumah Komandan Tagana Sulistyo, Dusun Cangkring, Sumberagung, Jetis.

Apa yang dilakukan oleh mereka ini kontras dengan keadaan pembangunan ruang Badan Anggaran DPRD sebesar Rp20 miliar, juga tingginya anggaran kunjungan kerja DPRD Bantul Rp5,2 miliar tahun ini yang dampaknya tak begitu dirasakan.

Anggota Tagana tak memperhitungkan seperti apa wujud bangunan itu, tapi semangat mereka lebih konkret dalam mengabdi, apalagi Bantul merupakan daerah yang rawan bencana.

“Kami selalu tekankan pekerjaan dan keluarga nomor satu, tapi ketika ada bencana, harus langsung tanggap,” pungkas Dwijo.(WARTAWAN HARIAN JOGJA/Andreas Tri Pamungkas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya