SOLOPOS.COM - Pelajar yang terlibat tawuran didamaikan dengan pengajian di Mapolsek Tempel, Kamis (6/3/2014). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN—Aksi tawuran pelajar di Sleman kerap terjadi akhir-akhir ini. Kekerasan yang melibatkan pelajar sudah mengarah ke tindak kriminalitas dan meresahkan masyarakat.

Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin menjelaskan pihaknya selalu berusaha secara maksimal meredam tawuran yang terjadi di beberapa sekolah di wilayah hukum Polres Sleman. Bahkan, pasca-terjadinya tawuran langkah penyadaran juga diusahakan.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Beberapa antisipasi tawuran yang sudah dilakukan antara lain menggelar pengajian bagi para pelajar yang terlibat seperti di Tempel pekan lalu. Polisi memanggil orangtua dari dua sekolah guna mencari akar permasalahan.

Polisi juga melakukan razia ke sekolah yang dinilai rawan melakukan aksi tawuran. Tak hanya itu, anggota kepolisian selalu ditempatkan secara khusus di titik rawan seperti tongkrongan pelajar.

Kemudian pengawasan kepada para pelajar yang sebelumnya terlibat tawuran juga terus dipantau melalui sekolah.

Meski demikian, hal itu masih dibutuhkan sinergi semua pihak, seperti orangtua, sekolah dan masyarakat serta dinas terkait. “Polisi tidak bisa bekerja sendiri untuk melakukan antisipasi, butuh sinergi semua pihak,” ungkapnya akhir pekan lalu.

Orangtua, lanjutnya, kadang kurang memahami tindakan negatif yang dilakukan anaknya saat di sekolah.

Kerapkali anak melakukan tawuran dengan mengambil waktu saat jelang kegiatan ekstra sehingga orangtua hanya mengetahui anaknya mengikuti kegiatan. Oleh sebab itu orangtua harus meningkatkan pengawasan.

Tak terkecuali sekolah dan pihak pemerintaha terkait. “Kalau masyarakat, misalnya melihat di sekitarnya ada aksi tawuran, jangan takut untuk melapor,” imbuhnya.

Ihsan menegaskan aksi tawuran pelajar di Sleman tidak saja sekadar bertengkar tapi sudah mengarah ke tindakan kriminalitas. Pasalnya mereka selalu mempersenjatai diri dengan parang atau pisau, dan gir sepeda motor, serta pentungan besi juga batu.

Persenjataan itu tidak saja membahayakan diri sendiri tetapi juga orang lain. Meski demikian, pihaknya tetap mengedepankan unsur pembinaan.

“Senjata seperti itu digunakan, tidak kenakalan tapi sudah mengarah ke kriminalitas,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya