Jogja
Rabu, 3 Agustus 2011 - 15:40 WIB

Terdesak Lebaran, petani tembakau rawan pilih ijon

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Meski harga tembakau diprediksi akan meroket, ada kekhawatiran petani bakal menjual murah dengan sistem ijon (tebasan). Hal ini karena desakan kebutuhan jelang Lebaran karena tembakau baru bisa dipanen sekitar bulan September atau setelah Lebaran.

“Banyak petani yang terdesak mencukupi kebutuhan jelang Lebaran. Padahal, mereka tidak punya sambilan lain,” kata Nur Hidayat, anggota Komisi IV DPRD Sleman yang juga sebagai pengamat pertanian di Sleman, Rabu (3/8) siang.

Advertisement

Jika sistem ijon itu benar terjadi, lanjut Nur, harga panen tembakau di Sleman bisa rusak. Sebab, para tengkulak maupun pengepul jelas lebih memilih tembakau milik petani yang sedang kepepet Lebaran.

Menurut Nur, pemerintah maupun asosiasi petani tembakau tidak dapat berbuat banyak jika ada petani yang menjual dengan harga jauh di bawah pasaran. “Kalau alasannya karena kepepet, mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Nur menambahkan, harga panen tembakau fluktuatif. Peran pemerintah dalam menentukan harga juga sangat kecil. Kecuali jika sebelumnya memang sudah ada kesepakatan antara kelompok tani dengan tengkulak atau pembeli. “Kalau memang sudah ada MoU, pemerintah bisa turut mengatur harga final agar petani tidak merugi,” terangnya.

Advertisement

Adapun, Kabid Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Sleman, Mashudi mengatakan, pihaknya mendapat kabar jika dua pabrik rokok tertentu bakal menghargai tembakau di Sleman seharga Rp25.000 per kilogram per totol (tingkatan kualitas).(Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Foto Ilustrasi

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif