SOLOPOS.COM - Gempa di Bantul, D.I. Yogyakarta, Jumat (30/6/2023) malam. (BMKG)

Solopos.com, BANTUL — Gempa bumi yang melanda Bantul, DI Yogyakarta dengan berkekuatan magnitudo 6,4 pada Jumat, 30 Juni 2023, membuat masyarakat bertanya-tanya kenapa wilayah tersebut sering terjadi gempa?

Di kabupaten yang terletak selatan Kota Yogyakarta ini tercatat beberapa kali mengalami gempa bumi. Menurut catatan Kepala Pusat Gempabumi dan Tsuami Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, terdapat empat kali gempa bumi yang merusak terjadi di Bantul.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Mulai dari gempa bumi 4 Januari 1840, gempa bumi 10 Juni 1867, gempa bumi 23 Juli 1943, dan yang paling bersejarah adalah gempa bumi 27 Mei 2006 yang mengakibatkan lebih dari 6.000 orang meninggal dunia.

Bahkan, setelah gempa magnitudo 6,4 semalam, terjadi gempa susulan di Bantul. Daryono melalui akun Instagram resminya, menyebut hingga Sabtu (1/7/2023) pagi sekitar pukul 05.00 WIB, sebanyak 41 gempa susulan terjadi pasca-gempa bumi berskala M6,4 yang berpusat di barat daya Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta.

Lalu, kenapa Bantul kerap terjadi gempa bumi?

Mengutip Harianjogja.com, DI Yogyakarta mempunyai sesar aktif, yakni Sesar Opak. Dari sekian banyak wilayah di DI Yogyakarta, Bantul paling rawan terkena gempa bumi.

Menurut Daryono, hal ini dikarenakan Bantul memiliki karakteristik tanah yang lunak. Hal ini bisa dilihat dari peristiwa gempa bumi 2006 yang sebagian besar wilayah Bantul mengalami rusak parah. Padahal titik pusat gempa, kata dia bukan berada di Sungai Opak, melainkan agak ke sebelah timur sejauh 25 km.

“Sesar opak ini adalah zona jangan dibayangkan sebagai sebuah garis lurus karena untuk identifikasi garis lurus itu sulit. Tapi yang pasti patokannya itu adalah perbedaan topografi yang mencolok antara tinggi di Nglanggeran dan Bantul. Panjang sesarnya sekira 35 km dari Kretek sampai Prambanan,” jelas dia.

Dengan karakteristik tanah yang lunak serta terdapat Sesar Opak menjadi alasan kenapa Bantul kerap mengalami gempa bumi. Apalagi Sesar Opak membentuk zona yang cukup lebar dari arah Parangtritis di Bantul hingga Prambanan di Sleman. Dari daerah Parangtritis kemudian ke Pleret, Piyungan, Prambanan, semuanya dilalui zona sesar.

“Secara konsisten sesar opak terus bergerak. Tentu saja di area tersebut, di sekitar zona sesar ini harus tetap waspada karena sesar tersebut masif aktif,” jelas Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Gayatri Indah Marliyani kepada Harianjogja.com, Rabu (23/11/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya