SOLOPOS.COM - Pengrajin rumah kertas sedang menyelesaikan pembuatan rumah kertas untuk masyarakat Tionghoa (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Tionghoa Jogja memiliki cara tersendiri dalam menghormati leluhur.

Harianjogja.com, JOGJA-Ada berbagai cara untuk mengungkapkan rasa sayang kepada leluhur. Dalam tradisi Tionghoa, membakar rumah kertas merupakan salah satu perwujudannya.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Sesuai namanya, rumah kertas terbuat dari kerangka bambu berbentuk rumah yang kemudian dibalut dengan kertas berwarna-warni. Di dalam rumah yang biasanya berukuran setinggi manusia dan lebar sesuai kebutuhan itu, didesain mirip rumah hunian.

Bagian dalam rumah didesain mirip rumah pada umumnya yang terdiri dari berbagai ruangan lengkap dengan interiornya. Mulai sofa, cermin, almari, tempat tidur dan bahkan miniatur kendaraan sepeda motor maupun mobil. Orang-orangan yang menyerupai leluhur juga ditempatkan di situ.

Rumah kertas juga dilengkapi dengan uang-uangan yang tujuannya agar leluhur dapat menggunakan uang itu untuk membeli sesuatu yang diinginkannya di alam sana.

Salah satu tokoh Tionghoa asal Jogja Chandra Gunawan mengatakan, tidak ada salahnya manusia di dunia menyayangi keluarganya atau siapapun yang telah meninggal.

“Nah perwujudannya itu bisa dengan mengirimkan rumah kertas untuk mereka. Pemberian rumah kertas adalah simbol tresno [sayang] kepada leluhur,” kata Candra, Rabu (30/12/2015).

Setelah selesai dibentuk, rumah tersebut kemudian dibakar. Sebelumnya dilakukan sembahyangan khusus untuk leluhur. Harapannya, kata Candra, rumah itu diterima oleh leluhur yang sudah meninggal dan dipergunakan untuk kediaman mereka.

Proses pembakarannya bisa dilakukan di mana saja. Beberapa orang kemudian membuang abu sisa pembakaran dengan dilarung di laut.

Kertas yang digunakan biasanya penuh dengan warna cerah seperti merah, hijau, kuning dan biru. “Warna cerah itu simbol kebahagiaan sehingga harapannya leluhur di sana bahagia,” ujarnya.

Candra mengatakan, untuk satu unit rumah kertas bisa dijual dengan harga di atas Rp1 juta. Bahkan harga Rp10 juta pun juga ada tergantung permintaan. Semakin mahal, ornamen dan detail rumah semakin ditonjolkan. Seperti rumah kertas seharga Rp10 juta, imbuh Candra, dilengkapi dengan lampu-lampu agar lebih menarik.

Candra mengatakan, masyarakat Tionghoa pada umumnya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam kepada leluhurnya. Selain memberikan sesajian di rumah, mengirimkan rumah kertas juga menjadi simbol rasa sayang itu.

Pengiriman rumah kertas dapat dilakukan kapan saja. “Ada yang 100 hari setelah meninggal. Tapi ada juga yang sudah bertahun-tahun meninggal baru dikirimkan rumah. Terserah mau kapan,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya