SOLOPOS.COM - Pekerja memindahkan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (12/5/2022). (Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Solopos.com, JOGJA — Perubahan jadwal pembuangan sampah dan penutupan sementara TPST Piyungan berdampak pada penumpukan sampah di Kota Jogja hingga 1.200 ton.

Kini secara bertahap TPST Piyungan zona B dan transisi diklaim sudah dibuka dan perlahan-lahan sampah yang sempat menumpuk mulai diangkut ke pembuangan akhir.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja, Sugeng Darmanto, mengatakan dampak perubahan jadwal pembuangan sampah ke TPST Piyungan sangat terasa di Kota Jogja.

Sebelumnya, pada pekan lalu jadwal pembuangan sampah dibuat per jam namun diubah menjadi satu kali per tiga hari. Akibatnya luapan sampah sampai menumpuk di sejumlah TPS dan meluber hingga ke jalan raya.

“Dampaknya tinggal dikali saja 350 ton sampah yang dihasilkan per hari dengan empat hari penundaan pembuangan sampah. Jadi selama empat hari lalu kami menanggung sampah di Jogja sekitar 1.200 ton,” kata Sugeng, Senin (31/10/2022).

Baca Juga: Tok! Bos Summarecon Agung Penyuap Eks Wali Kota Jogja Divonis 3 Tahun Penjara

Pihaknya mengklaim per hari ini jadwal pembuangan sampah ke TPST Piyungan sudah kembali normal dengan mulai dibukanya TPST transisi dan juga zona B. TPA transisi dikhususkan bagi sampah milik pemerintah meliputi Sleman, Bantul, dan Jogja. Sementara pada zona B merupakan lokasi pembuangan sampah dari pihak swasta.

“Sekarang sudah mulai normal karena zona transisi sudah bisa dipakai untuk pemerintah dan yang swasta membuang ke zona B yang tahap kedua. Sekarang sudah tidak ada penjadwalan lagi hanya seminggu saja dan itu sudah buat pusing,” katanya.

Hanya saja menurut Sugeng, operasional TPA Piyungan transisi hanya mampu bertahan selama enam bulan. Artinya jika sampah terus menerus dibuang ke tempat itu, kemungkinan besar penutupan akan kembali diberlakukan dan sampah kembali menumpuk di sejumlah depo dan TPS.

“Asumsinya untuk zona transisi ini hanya enam bulan dan ketika kita masih berupaya membuang sampah terus ya akan ada waktu sekitar lima atau enam bulan menumpuk lagi,” jelasnya.

Baca Juga: Ditarget Rampung 2024, Pembebasan Lahan Tol Jogja-Bawen di DIY Baru 64,97%

Oleh karena itu, pihaknya mendorong adanya pengurangan sampah dari tingkat rumah tangga dengan melakukan pemilahan sampah. Sebab, pengolahan sampah organik dan anorganik dinilai lebih efektif bila dilakukan di tingkat hulu yakni rumah tangga.

Dengan begitu sampah yang dibuang ke TPA Piyungan ke depannya hanya sampah yang siap diolah karena telah dipilah terlebih dahulu.

“Jadinya yang ke [TPST] Piyungan itu konsepnya bukan lagi pembuangan tapi sudah pengolahan sampah organik, itu ke depan yang akan kita maksimalkan,” ungkap Sugeng.

Penjabat Wali Kota Jogja, Sumadi mengaku telah menyiapkan rencana untuk membahas penanganan sampah secara terpadu agar tidak terus berulang.

Baca Juga: Potong Gaji Penerima BSU, Waroeng SS Lahir di Jogja, Kini Berdiri di Malaysia

Rencananya pemilahan sampah di tingkat rumah tangga akan digenjot sehingga sampah yang dibuang ke TPST Piyungan hanya yang jenisnya organik, sementara sampah anorganik bisa diolah menjadi berbagai macam barang kerajinan oleh bank sampah yang ada di tiap RW.

“Saya juga punya gagasan bagaimana agar ada aturan bahwa toko-toko atau warung-warung yang berjaring atau tidak itu untuk tidak lagi menyediakan sampah yang anorganik. Misalnya kantong kresek sekali pakai itu kan dampaknya luar biasa kalau dikumpulkan,” jelas dia.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul TPST Piyungan Ditutup 4 Hari, Tumpukan Sampah di Jogja Capai 1.200 Ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya