Jogja
Senin, 2 Oktober 2017 - 23:40 WIB

TPST PIYUNGAN : Tempat Pembuangan Sampah DIY Ini Ternyata Sudah Tua

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sampah di TPST Piyungan berjubel di pinggir jalan aspal lantaran lahan tempat pembuangan sudah kelebihan muatan. Gambar diambil, Jumat (29/9/2017). (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

TPST Piyungan dinilai sangat tradisional dan sudah tua namun terus dipaksakan menampung sampah.

Harianjogja.com, BANTUL— Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang ada di Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul dan menampung sampah dari Kabupaten Bantul, Sleman serta Kota Jogja dinilai sangat tradisional dan sudah tua.

Advertisement

Kepala Pengelola TPST Piyungan Sarjani mengatakan, tempat pembuangan akhir sampah tersebut sangat tradisional karena sampah hanya ditumpuk lalu digilas dengan alat berat agar padat tanpa diolah menggunakan teknologi modern.

“Ini tempat pembuangan sampah modelnya sangat tradisional, sampah hanya dibuang begitu saja di lahan yang disediakan atau istilahnya Open Dumping,” kata Sarjani pekan lalu.

Kondisi tersebut menyebabkan TPST cepat penuh. Idealnya kata dia, seluruh sampah yang dibuang ke TPST dipilah lalu diolah untuk menghasilkan energi seperti di negara-negara maju. “Mana organik mana bukan, mana yang bisa jadi sumber listrik dipilah dulu lalu diolah dengan teknologi,” ujar dia.

Advertisement

Pemerintah DIY sendiri sejatinya sudah sejak lama merencanakan pengolahan sampah menggunakan teknologi modern. Sampah diolah sehingga menghasilkan energi. Bahkan sejumlah investor dari berbagai negara seperti Korea, Jepang dan Australia pernah datang ke Piyungan menjajaki penerapan teknologi pengelohan sampah. “Namun sampai sekarang enggak ada satu investor pun yang jadi beroperasi, cuma datang saja,” lanjutnya lagi.

Tak hanya tradisional, TPST Piyungan tersebut menurutnya juga sudah sangat tua. Lokasi pembuangan yang menampung sampah sebanyak 500 ton per hari ini sudah berdiri sejak 1997. Usia TPST tersebut sejatinya sudah berakhir sejak 2012 lalu, namun terus dipaksakan menampung sampah sampai sekarang meski telah kelebihan beban muatan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif