Jogja
Senin, 5 September 2016 - 11:20 WIB

TRADISI BANTUL : Warga Pokoh Memandikan Ternak Menjelang Iduladha

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Legiman memercikkan air kembang pada seekor kambing saat ritual Guyangan Rojokoyo, di Dusun Pokoh II, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Minggu (4/9/2016). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Tradisi Bantul di Dusun Pokoh, warga melakukan ritual memandikan hewan ternak jelang Iduladha

Harianjogja.com, BANTUL–Menjelang Hari Raya Idul Adha, warga Dusun Pokoh II, Desa Dlingo, Kecamatan Imogiri, Bantul melakukan ritual Guyangan Rojokoyo. Ritual tersebut adalah ritual memandikan hewan ternak untuk mendapatkan keberkahan.

Advertisement

Minggu (4/9/2016), Puluhan ternak yang terdiri dari 25 sapi dan belasan kambing dituntun pemiliknya untuk ikut serta dalam kirab budaya yang menjadi salah satu rangkaian acara merti Dusun Pokoh II. Ternak-ternak terSebut dimandikan mengunakan air kembang dan diberikan makanan hasil bumi supaya suci jika digunakan berkurban.

Tradisi tersebut dinamakan “Guyangan Rojokoyo” yang memiliki arti ternak sebagi raja penghasilan, karena salama ini memang menjadi penghasilan utama warga.

Advertisement

Tradisi tersebut dinamakan “Guyangan Rojokoyo” yang memiliki arti ternak sebagi raja penghasilan, karena salama ini memang menjadi penghasilan utama warga.

Rangkain prosesi tersebut sebelumnya diawali oleh Sesepuh Dusun Pokoh II, Legiman dengan membacakan doa berbahasa Jawa dan diakhiri dengan doa berbasa Arab. Inti doanya adalah untuk mendapatkan berkah dari yang maha kuasa untuk semua warga Dusun Pokoh II, Khusunya para hewan ternak dan pemiliknya.

Usai berdoa Legiman kemudian mengambil air kembang yang didapat dari sumber mata air Dusun Pokoh II. Satu persatu kepala sapi dan kambing dia cipratkan air kembang dengan berbekal ranting daun dadap. Semua hewan nampak anteng saat dicipratkan air kembang.

Advertisement

Bersambung halaman 2

Legiman menjelaskan rangkaian prosesi tersebut merupakan bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Esa. Hal itu sudah menjadi tradisi sejak lama yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Pokoh, kini mencoba dilestarikan kembali sejak dua tahun yang lalu.

Advertisement

“Kurang lebih sudah dilakukan sejak 1610 dan kini selama dua tahun terakhir coba kami adakan rutin,” ujarnya.

Lanjut dia, tradisi nenek moyang di Dusun Pokoh II, setiap delapan bulan sekali memandikan hewan. Hal itu dimaksudkan agar ternak selalu sehat, dimandikan dengan air kembang supaya ternak terhindar dari berbagai penyakit. “Biar tidak ada lalat, dan kutu yang menempel,” ungkapnya.

Legiman menceritakan dahulu usai dimandikan, hewan akan diberikan wewangian berupa minyak kelapa. Namun karena sudah sulit memperoleh minyak kelapa kini hewan ternak diberikan minyak wanggi pada umumnya.

Advertisement

Selain itu dia menceritakan jika dulu nenek moyang mereka setelah memandikan ternak, lalu lanjut menggembala ternak hingga berhari-hari dengan membawa bekal dari rumah.

Salah seorang pemiliki hewan ternak yang mengikuti Guyangan Rojokoyo, Suwardi mengaku antusias dengan adanya tradisi yang coba dihidupkan kembali selama dua tahun terakhir. Dia berharap dengan adanya tradisi tersebut akan memperoleh barokah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Menurutnya mengikuti Guyangan Rojokoyo agar hewan-hewan ternak miliknya selalu sehat dan selamat hingga anak keturunanya. ”Kalau ikut Guyangan, nanti yang mendoakan banyak. kalau menurut agama jika yang mendoakan lebih dari 40 orang diyakini doanya menjadi makbul. Jadi ternaknya biar dapat berkembang biak dan menjadi berkah,” paparnya.

Suwardi membawa tiga sapi dan satu kambing miliknya untuk ikut Guyangan Rojokoyo. Tahun lalu setelah mengikuti Guyangan Rojokoyo, dia mengkurbankan satu sapinya. Pada tahun ini rencanya Suwardi juga akan mengkurbankan satu sapinya kembali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif