Jogja
Selasa, 7 Februari 2017 - 00:22 WIB

TRANS JOGJA : Kejar Jam Istirahat, Sopir Pilih Kebut-kebutan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bus baru Trans Jogja berwarna biru siap mengaspal, Rabu (25/5/2016). (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Trans Jogja akan memiliki sopir perempuan

Harianjogja.com, JOGJA —  Keluhan sopir Trans Jogja yang ugal-ugalan disampaikan dalam dengar pendapat Pansus Pengawasan Trans Jogja di DPRD DIY, Senin (6/2/2017).

Advertisement

Dalam dengar pendapat tersebut, sebagian besar perwakilan masyarakat Jogja mengeluhkan sopir Trans Jogja yang dinilai ugal-ugalan. Selain itu, kondisi armada bus yang tidak layak seperti munculnya asap hitam yang menganggu polusi udara. Gatut Saksono, salahsatu pelanggan, mengatakan, seharusnya Trans Jogja dalam beroperasi di jalanan tidak perlu tergesa-gesa, karena mereka berbeda dengan bus angkutan kota dalam propinsi (AKDP) lainnya yang mengejar setoran. Seluruh sopir, kata dia, tentu memiliki gaji yang sama meski bus dalam keadaan kosong. Tetapi sebagai pelanggan Trans Jogja, ia justru sering menemukan pengoperasian yang ugal-ugalan di jalanan. Bahkan, ia pernah melihat sopir tidak bersedia menunggu penumpang yang sedang bertransaksi untuk pembelian tiket di halte.

“Ternyata dia [sopir] ingin cepat sampai halte dimana dia istirahat. Karena semakin cepat, istirahatnya makin lama. Satu jam sebelumnya sampai halte sehingga bisa tiduran. Apakah hal ini bisa lebih ditertibkan, enggak perlu terburu. Kadang kecepatan melebihi kendaraan pribadi, melewati marka jalan, saya kira orang Jogja banyak yang sopan, harusnya termasuk sopirnya,” ungkapnya dalam dengar pendapat di DPRD DIY, Senin (6/2/2017).

Salahsatu warga yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum Sutiman mengakui, meski sudah diberikan halte, namun Trans Jogja tetap saja ugal-ugalan sopirnya. Akantetapi, kenyataan harusnya ditindaklanjuti dengan penindakan serius. Tak kalah pentingnya bagi pemerintah untuk selalu memberikan perhatian terhadap para sopir. Karena seringkali mereka hanya dicap sebagai mitra kerja.

Advertisement

“Apa yang disampaikan tadi semua benar. Tetapi sebaiknya, sopir itu juga diuwongke digaji memadai, biar nggak ugal-ugalan, karena namanya sopir hanya dicap mitra kerja. Semakin hari tidak semakin enak tapi sengsara,” ungkap warga Bantul ini.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif