Jogja
Selasa, 16 September 2014 - 03:20 WIB

Transmigran Lokal di Gunungkidul Butuh Listrik dan Air

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyaluran air bersih. (Burhan Aris N./JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Transmigran lokal di Pantai Gesing, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membutuhkan fasilitas di antaranya listrik dan air bersih.

Salah seorang transmigran Supardiyono, mengatakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kurang memadai karena belum ada listrik dan jaringan air bersih.

Advertisement

“Listrik dari PLN belum ada, dan air bersih harus membeli dari tangki milik swasta dengan harga Rp170.000 per tangki,” kata Supardiyono, Minggu (14/9/2014).

Dia bersama keluarganya tinggal di Gesing sejak 11 tahun lalu, namun sampai sekarang belum menikmati listrik dari PLN, sehingga untuk melakukan kegiatan ekonomi terkendala.

“Listrik di sini belum ada, kami masih menggunakan ‘sentir’ [alat penerangan tradisional], dan sebagian warga menggunakan listrik dari tenaga matahari,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan kegiatan perekonomian yang terganggu akibat tidak adanya fasilitas itu, di antaranya pengolahan hasil laut yang sebenarnya sudah diajarkan pemerintah dan LSM yang harus menggunakan listrik.

“Pelatihan sudah sering dilakukan, namun jika tidak ada listrik dan air bersih, tentu menyulitkan kami untuk mengolah hasil laut,” katanya.

Ia mengatakan mengenai air bersih sebenarnya pemerintah sudah membangun jaringan pipa sejak tiga bulan lalu, namun sampai sekarang belum teraliri air.

Advertisement

“Sudah dibangun, tetapi airnya belum mengalir, tidak tahu kapan akan mengalit, mungkin karena belum semuanya terpasang atau rusak,” kata dia.

Transmigran lainnya, Mingin mengatakan sejumlah fasilitas yang dibangun seperti jalan, sudah rusak, dan sebagian rumah dari 25 rumah yang dibangun pada 2001 oleh Pemerintah DIY, sebagian sudah rusak.

“Pada 2006 beberapa rumah warga direnovasi bagian dindingnya, namun karena terkikis air laut, menjadi rusak,” kata Mingin.

Dia mengatakan sebagian besar warga transmigran memiliki profesi ganda, yakni sebagai nelayan dan petani. “Kebanyakan nelayan kecil, dan bertani di lahan sekitar pantai,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif