SOLOPOS.COM - Pohon pisang berada di tengah Jalan Kaliurang Kilometer 20, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Kamis (18/9). (JIBI/ Harian Jogja/Warga Desa Hargobinangun.Anggara Daniawan)

Harianjogja.com, SLEMAN – Ratusan warga Desa Hargobinangun Pakem, Sleman memblokir Jalan Kaliurang Kilometer 20 dengan menanam pohon pisang tepatnya di Dusun Sawungan, Kamis (18/9/2014) dinihari. Pemblokiran itu dilakukan karena banyaknya truk pasir bermuatan overload yang memaksa melewati kawasan tersebut.

Tidak kurang dari 200 warga Hargobinangun dan sekitarnya turun ke jalan dimulai sejak pukul 22.00 Rabu (17/9/2014) hingga Kamis (18/9/2014) sekitar pukul 04.00 WIB. Sedikitnya 10 pohon pisang ditanam di seputaran jalan yang rusak area tersebut. Protes itu dilakukan karena warga kesal terhadap pemerintah dan pihak terkait karena banyaknya truk melintas sehingga jalan menjadi rusak parah.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

“Tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB sampai pagi. Perkiraan ada sekitar 200 warga yang keluar,” terang Kapolsek Pakem, Kompol Sudaryanto, Kamis (18/9/2014).

Ia menambahkan sejumlah personel pun disiagakan di lokasi tersebut untuk mengantisipasi adanya konflik. Mengingat warga juga meminta truk yang naik saat malam hari diminta untuk segera turun. Setelah berkoordinasi dengan kecamatan, pada keesokan hari pihaknya kemudian melakukan pembersihan pohon pisang di tengah jalan agar tidak menganggu lalulintas.

“Sekitar pukul 04.00 WIB, warga yang berkumpul di pinggir-pinggir jalan mulai berkurang,” imbuhnya.

Seorang warga, Anggara Dani menjelaskan aksi protes itu merupakan puncak kekesalan warga. Pasalnya dalam beberapa bulan terakhir jumlah truk yang nekat melewati Jalan Kaliurang terus bertambah. Dalam sehari setidaknya mencapai ratusan dan tidak mengenal waktu. Para sopir truk yang kebanyakan dari luar Jogja itu juga nekat naik saat malam hari.

Parahnya, kata dia, mereka tidak tahu aturan. Muatan truk sangat berlebihan. Banyak ditemukan truk yang bermuatan material seperti pasir dengan melebihi batas bak. Agar tidak diketahui warga mereka menutupnya dengan terpal. Penambangan pasir menjadi penyebab atas kemelut ini.

“Mereka tidak saja dari penambangan di sisi barat tapi juga sebelah timur melewati sini,” ungkapnya.

Ia berharap pemerintah dapat dengan tegas melakukan moratorium atau pemberhentian sementara kegiatan penambangan.

“Ini jalur wisata sekaligus jalur evakuasi tapi dirusak seperti ini. Ketika kami mengadu pihak terkait pasti saling lempar. Ini tugas Dishub, ini tugas kepolisian, pemkab lah sehingga kami binggung kemana harus protes. Karena itu kami menanam pohon pisang agar pengendara tidak jatuh saat melewati jalan rusak,” ungkap Angga, sapaan akrab.

Terpisah Koordinator Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dishub DIY, Sigit Saryanto menyatakan jalan tersebut merupakan kewenangan propinsi. Ia mengakui memang kerap mendapatkan surat dari warga terkait protes jalan tersebut tetapi belum sempat menindaklanjuti karena keterbatasan SDM. Akantetapi dalam waktu dekat ini pihaknya bekerja sama dengan kepolisian akan melakukan razia bagi truk-truk bermuatan material yang nekat mengangkut secara berlebihan.

“Nanti kami akan membawa timbangan portabel di jalan paling hulu. Kalau muatannya melebih standar 25% toleransi kami minta untuk kembali mengurangi muatannya,” ungkapnya.

Terpisah Bupati Sleman, Sri Purnomo berjanji akan melakukan pembahasan secara internal untuk menentukan kebijakan lebih lanjut terkait penambangan di sekitar area tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya